Kediri (ANTARA News) - jemaah haji asal Kabupaten Kediri, Jawa Timur, bernama Rochmani menjadi korban insiden akibat berdesak-desakan keluar dari Mina menuju tempat melempar jumroh.

"Kami tahunya justru dari berita di internet. Sejak ada kejadian di Mina, kami terus memantau perkembangannya, dan ternyata nama bapak juga masuk dalam urutan daftar korban," kata Azis, putra dari Rochmani, jemaah haji asal Desa Kranggan, Kecamatan Gurah, Kabupaten Kediri, Minggu.

Ia mengatakan, keluarga sempat melakukan komunikasi sehari sebelum insiden tersebut. Saat itu, Rochmani mengatakan jika kabarnya sehat dan kondisinya baik. Rochmani juga mengatakan, kegiatan ibadah haji yang dilakukannya juga berjalan dengan lancar.

Azis juga tidak mengira jika ayahnya turut menjadi korban di Mina. Keluarga awalnya tidak percaya jika Rochmani juga menjadi korban, sebab dari kementerian agama belum memberikan informasi apapun.

"Kami tidak tahu, mungkin mereka terlalu hati-hati dan menunggu kepastian data, sebelum memberikan informasi ke keluarga. Namun, kami dapatnya informasi justru mencari sendiri," ujarnya.

Azis mengatakan, ayahnya berangkat ibadah haji sendiri. Awalnya saat pendaftaran bersama ibunya pada 2009, namun sebelum menunaikan ibadah haji ibunya sudah meninggal dunia.

Saat berangkat pun, kata dia, kondisi ayahnya juga sehat dan baik. Walaupun usianya sudah 73 tahun, fisiknya sehat dan ia bisa mengerjakan pekerjaannya dengan baik.

Keluarga sangat terpukul dengan kejadian tersebut. Saat ini seluruh keluarga berkumpul di rumah duka. Mereka berencana menggelar tahlil dan doa bersama sampai tujuh hari.

Walaupun sempat kaget dengan kejadian itu, keluarga mengaku sudah ikhlas dengan kepergian almarhum. Mereka berharap, almarhum diberikan tempat yang terbaik.

Selain Rochmani, terdapat seorang jemaah haji yang juga turut menjadi korban dalam kejadian di Mina, yaitu Siti Muanifah Zainudin Sahlan. Ia masuk dalam kloter SUB 61, sama dengan Rochmani. Kabupaten Kediri masuk dalam kloter 61 dan 62.

Sementara itu, Kepala Hubungan Masyarakat Kemenag Kabupaten Kediri Paolo Jose Xemenes mengatakan sampai saat ini terus koordinasi dengan petugas haji di Makkah, terkait dengan perkembangan jemaah.

"Kami terus koordinasi terkait dengan jemaah. Petugas kami juga sudah ke rumah duka," katanya.

Insiden yang menimpa jemaah haji kembali terulang. Jika sebelumnya, terjadi insiden jatuhnya crane yang menimpa jemaah, saat ini terjadi insiden di Mina yang mengakibatkan korban jiwa dan terluka, pada Kamis (24/9) waktu setempat.

Direktorat Pertahanan Sipil Arab Saudi melaporkan jumlah korban yang tewas akibat berdesak-desakan keluar dari Mina menuju tempat melempar jumroh menjadi 717 orang. Sementara itu, jumlah korban terluka mencapai 863 orang.

Kejadian itu bukan hanya terjadi pertama kali, melainkan sudah berulangkali. Sebelumnya, pada 2 Juli 1990 sebanyak 1426 korban tewas. Pada 23 mei 1994, insiden Mina kembali terjadi dengan korban 270 meninggal dunia.

Empat tahun kemudian tepatnya 9 April 1998 sebanyak 118 korban meninggal dunia. Pada 5 Maret 2001, 35 orang juga meninggal dunia. Dua tahun kemudian 11 Februari 2003 setidaknya 250 jemaah pelempar jumroh meninggal dunia. Sementara pada 12 Januari 2006 sebanyak 364 orang meninggal dunia.

Sebanyak 112 jemaah haji asal Indonesia belum kembali ke tenda maktab masing-masing pascamusibah Mina, Arab Saudi, pada Kamis (24/9) pagi waktu setempat.

Panitia Penyelenggara Haji Indonesia (PPIH) yang berada di Arab Saudi bekerja sama dengan Konsulat Jenderal RI (KJRI) di Jeddah melakukan pengecekan jemaah yang belum kembali. KJRI dilibatkan karena memiliki akses masuk ke instansi-instansi terkait di Arab Saudi.

PPIH juga akan melakukan penyisiran di sekitar Masjidil Haram karena kemungkinan jemaah melakukan tawaf ifadah di sana dan tidak tahu jalan untuk kembali ke tenda mereka. Sampai saat ini diketahui terdapat 14 orang jemaah asal Indonesia yang menjadi korban insiden di Mina.

Pewarta: Destyan Hendri Sujarwoko
Editor: Desy Saputra
Copyright © ANTARA 2015