Dan di tengah semua itu, individu,  saya dan Anda, tetap punya peran paling nyata: menjaga diri agar tetap waras secara finansial

Jakarta (ANTARA) - Ekonomi global bagai padang luas yang kadang berguncang oleh badai, di lain kesempatan tenang oleh angin hangat pertumbuhan. Di atas pelana kebijakan, Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa menungganginya dengan gaya khas; tenang, rasional, dan royal dalam menebar uang dan optimisme.

Medan ekonomi sesungguhnya bukan hanya milik para pejabat pemerintah. Kita semua, di level masyarakat, keluarga, dan individu, ikut menunggang kuda yang sama, kuda itu bernama “keuangan”.

Seperti koboi yang tahu kapan menarik tali kendali dan kapan memberi ruang bagi kudanya berlari, pemerintah pun perlu cermat antara menahan laju inflasi dan memberi dorongan pertumbuhan. Kebijakan fiskal, APBN, dan stabilitas harga adalah “pelana besar” yang menjaga arah ekonomi nasional tetap tegak di tengah badai.

Menkeu Purbaya menegaskan, perekonomian Indonesia menunjukkan ketahanan kuat di tengah gejolak global. Ia memandang prospek nasional semakin positif, ditopang pertumbuhan yang solid, inflasi yang stabil, dan perbaikan kinerja ekspor di tengah tren penurunan suku bunga dunia.

Keuangan negara sejatinya seperti orkestra raksasa. Ada instrumen pajak, belanja publik, dan subsidi yang harus dimainkan dengan tempo pas. Dalam konteks itu, Menkeu berperan bak konduktor, bukan sekadar menafsir angka, tapi juga membaca “emosi” ekonomi.

Daniel Kahneman, peraih Nobel Ekonomi, lewat teori behavioral economics-nya, mengingatkan bahwa keputusan finansial jarang sepenuhnya rasional. Publik bereaksi terhadap persepsi risiko, bukan hanya fakta.

Maka tugas sang konduktor bukan sekadar menata nada fiskal, tetapi juga menjaga suasana hati bangsa guna memastikan masyarakat percaya bahwa arah kebijakan masih di jalur aman.

Kebijakan fiskal yang tangguh tak hanya soal angka defisit, melainkan kemampuan membaca psikologi publik: kapan harus mengetatkan sabuk, kapan memberi ruang napas.

Di situlah ketenangan dan gaya koboi sang Menkeu terasa, menatap badai tanpa panik, tapi juga tanpa kehilangan arah.

Namun, orkestra tak akan hidup jika para pemainnya tak ikut berirama. Di ranah masyarakat, tanggung jawab menjaga keseimbangan itu menjelma dalam bentuk literasi finansial dan kesadaran kolektif.

Biro Perlindungan Keuangan Konsumen (CFPB) di Amerika Serikat mendefinisikan kesejahteraan finansial sebagai kondisi ketika seseorang mampu memenuhi kebutuhan hidup tanpa stres berlebih, memiliki tabungan darurat, dan merasa aman menatap masa depan.

Artinya, kesehatan keuangan bukan sekadar soal nominal, melainkan rasa tenteram dalam mengelola uang.

Copyright © ANTARA 2025

Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.