Surabaya (ANTARA) - Pada 21 Oktober 2025 atau sehari menjelang Hari Santri (22/10), Presiden Prabowo memutuskan pembentukan Ditjen Pesantren sebagai peningkatan status dari Direktorat Pesantren menjadi Direktorat Jenderal Pesantren.
Ditjen Pesantren yang berada di lingkungan Kementerian Agama (Kemenag) merupakan perhatian dari negara kepada pesantren sebagai lembaga pendidikan formal khas Indonesia yang banyak berjasa pada negeri ini.
Presiden Prabowo kepada pers (24/10) menegaskan bahwa dirinya merestui usulan dibentuknya Direktorat Jenderal Pesantren, sebagai prioritas strategis pemerintah untuk semakin memperhatikan, melindungi, memperkuat, dan meningkatkan kesejahteraan insan pondok pesantren.
Pencanangan pesantren sebagai prioritas strategis pemerintah itu bukan bermakna kepentingan intervensi teknis dan non-teknis dari negara kepada pesantren, namun lebih bermakna pada pengakuan negara atas peran kuat dari pesantren dalam mendidik karakter masyarakat Nusantara sejak berabad-abad lamanya, sehingga keberadaannya perlu didukung.
Sejumlah pesantren kuno dapat kita sebut, seperti Pesantren An-Najiyah Sidoresmo-Surabaya yang telah berusia 4 abad lebih (berdiri 1613), Pesantren Buntet di Cirebon yang berusia hampir 3 abad (berdiri 1750), dan Pesantren Siwalan Panji di Sidoarjo yang berusia hampir 2,5 abad (berdiri 1787).
Contoh lain, Pesantren Tambakberas Jombang telah berusia 2 abad (berdiri 1825), Pesantren Syaichona Moh Cholil Bangkalan telah berdiri 1,5 abad lebih (berdiri 1861), atau Pesantren Al-Khoziny di Buduran, Sidoarjo, Jatim, yang telah ada sebelum Indonesia lahir (berdiri 1920).
Selain peran pendidikan (karakter), pesantren pun telah berabad-abad mengawal perjuangan hingga RI merdeka melalui organisasi ulama yang menggelorakan "hubbul wathon" (cinta tanah air), dengan berdirinya Nahdlatul Ulama yang berusia 1 abad pada 31 Januari 2026 (1926-2026).
Pertempuran 10 November 1945 di Surabaya juga tak lepas dari peran insan pesantren, yakni Laskar Hizbullah-Sabilillah dan digerakkan oleh fatwa Resolusi Jihad (22 Oktober 1945) dari para ulama, yang intensif berkoordinasi dengan tokoh-tokoh pergerakan, seperti Bung Tomo, Ir Soekarno, HOS Tjokroaminoto, dan lainnya.
Dana abadi
Melihat peran-peran besar pesantren, menjadi catatan khusus bagi Presiden Prabowo yang meyakini pembentukan Ditjen Pesantren itu menjadi langkah konkret pemerintah untuk memperkuat ekosistem pendidikan keagamaan berbasis pesantren.
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.