Dari Desa Payakabung semua bisa belajar bahwa ekonomi sirkular tidak harus dimulai dari kota besar atau industri raksasa

Jakarta (ANTARA) - Banyak pelaku usaha di desa-desa di Indonesia telah memanfaatkan serbuk gergaji sebagai media baglog jamur tiram, tetapi membiarkan limbah baglog terbuang percuma setelah panen jamur.

Sisa media biasanya dibiarkan menumpuk di sudut-sudut rumah petani, menghitam, berjamur, dan perlahan membusuk. Padahal, di balik tumpukan baglog itu tersimpan potensi besar: bahan baku pupuk organik yang kaya unsur hara dan ramah lingkungan.

Secara alami kayu memang bukan sumber pupuk organik yang baik karena kaya lignin sehingga sulit terurai. Namun, ketika secara fisik kayu menjadi serbuk gergaji, material tersebut jauh lebih mudah terurai.

Jamur tiram alias Pleurotus ostreatus yang tumbuh di media baglog membantu memecah lignoselulosa, menjadikan serbuk gergaji lebih lapuk dan siap menjadi bahan pupuk.

Dengan demikian, ketika serbuk gergaji telah berubah menjadi limbah baglog, maka bahan tersebut telah siap diolah menjadi pupuk dengan sedikit perlakuan tambahan.

Riset menunjukkan, limbah baglog jamur tiram mengandung unsur hara makro seperti nitrogen (N) 0,6 persen, fosfor (P) 0,7 persen, kalium (K) 0,02 persen, serta kandungan karbon organik (C-Organik) hingga 49 persen.

Angka ini cukup tinggi untuk ukuran bahan organik alami, menunjukkan potensi besar limbah baglog sebagai bahan dasar pupuk organik.

Di Desa Payakabung, Kabupaten Ogan Ilir, Sumatera Selatan, potensi itu tidak lagi sekadar ide. Melalui kegiatan Pengabdian kepada Masyarakat Fakultas Pertanian Universitas Sriwijaya (Unsri), limbah baglog jamur tiram diolah menjadi pupuk organik bernilai jual.

Kegiatan ini bukan sekadar pelatihan teknis, melainkan juga gerakan perubahan cara pandang dari membuang menjadi memanfaatkan, dari sisa menjadi sumber daya, dari beban lingkungan menjadi peluang ekonomi.

Baca juga: Tommy Tjiptadjaja berlabuh pada gerakan bisnis berkelanjutan

Copyright © ANTARA 2025

Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.