Mataram (ANTARA) - Kabut tipis masih menggantung di atas lintasan Sirkuit Mandalika ketika suara mesin 250cc meraung, mengguncang pagi Lombok Tengah.

Di antara deru knalpot dan sorak penonton, Arai Agaska mengibarkan kebanggaan Nusa Tenggara Barat (NTB). Pembalap muda asal NTB itu berhasil mengunci gelar juara umum kelas National Sport 250cc Mandalika Racing Series (MRS) 2025, meski hanya finis di posisi keempat pada balapan terakhir.

Kemenangan itu bukan sekadar catatan di papan klasemen. Ia adalah simbol dari lahirnya generasi baru balap Indonesia yang tumbuh dari sirkuit sendiri, di tanah sendiri.

Bersama rekan senegaranya, Aldiaz Aqsal Ismaya, yang menjuarai race pertama, keduanya membuktikan bahwa bakat-bakat lokal NTB tak sekadar menjadi pelengkap di lintasan nasional. Mereka kini menjadi juara yang layak diperhitungkan.

MRS yang digelar sejak 2023 di Mandalika menjadi ruang penting bagi pembalap nasional untuk mengasah kemampuan di sirkuit berstandar internasional.

Dari hanya 15 pembalap di musim perdana, kini jumlah peserta telah menembus 131 starter. Angka ini menunjukkan antusiasme dan gairah besar terhadap motorsport dalam negeri.

Namun di balik sorotan podium dan trofi, tersimpan pertanyaan mendasar yang layak direnungkan, apakah dukungan bagi ajang seperti MRS sudah sepadan dengan potensinya?

Baca juga: Mandalika Racing Series 2025 ajang bergengsi jelang MotoGP Mandalika

Editor: Dadan Ramdani
Copyright © ANTARA 2025

Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.