Mataram (ANTARA News) - Muhammad Akbar Pratama, seorang bayi berusia sembilan bulan yang mengidap hydrocephalus yaitu penyakit menumpuknya suatu cairan di dalam otak, membutuhkan uluran tangan dermawan untuk membiayai pengobatannya.

Anak pertama pasangan Edi Sukardi (23) dengan Winda Safitri (20) asal Desa Benete, Kecamatan Maluk, Kabupaten Sumbawa Barat, Nusa Tenggara Barat, itu tinggal tidak jauh dari lokasi tambang batu hijau yang dikelola PT Newmont Nusa Tenggara (PTNNT).

Belas kasihan pun akhirnya datang dari pihak pemerintah kabupaten Sumbawa barat, yang berjanji akan membiayai pengobatan Akbar. Setelah sebelumnya, pihak kepolisian setempat membantu untuk mengkomunikasikan kedua orangtuanya dengan pemerintah.

"Pemerintah katanya akan menanggung biaya pengobatan anak saya selama di rawat di rumah sakit," kata Edi Sukardi kepada wartawan di Mataram, Sabtu.

Mengetahui hal tersebut, Edi yang bekerja serabutan itu mengandalkan janji pemerintah dan langsung membawa anak pertamanya itu ke puskesmas di wilayah Taliwang, Kabupaten Sumbawa Barat.

Namun karena keterbatasan sarana dan prasarana, pihak puskesmas setempat menyarankan Akbar dirawat di Rumah Sakit Umum Provinsi (RSUP) NTB di Mataram. "Pihak puskesmas memberikan saya surat rujukan ke RSUP NTB. Jadinya pada Jumat (9/10) sore, kami berangkat ke Mataram," ujarnya.

Sesampainya di RSUP NTB pada Jumat (9/10) malam, Akbar langsung ditangani di UGD dan diperiksa oleh dokter. "Dokter bilang, di kepala anak saya terdapat dua kantong cairan yang harus dikeluarkan, kondisinya sudah parah, karena terlalu lama dibiarkan, cairannya semakin bertambah," ucapnya.

Setelah pihak dokter RSUP NTB mengetahui penyakit yang diderita Akbar, Edi yang didampingi istrinya disarankan untuk membawa anaknya ke Rumah Sakit Umum Pusat di Sanglah, Bali.

"Jadi malamnya kami berangkat pakai ambulan ke Sanglah, Bali, katanya di sana Akbar akan mendapat perawatan lebih baik, di Mataram tidak ada alatnya," kata Edi.

Namun yang menjadi kekhawatiran Edi, setelah anaknya di rawat di RSUP Sanglah, Bali, bantuan dari pihak pemerintah apakah akan terus berjalan, mengingat dari proses awal mendapat perawatan di Puskesmas di Taliwang, Akbar belum juga mendapat pengobatan.

"Semoga pemerintah menepati janji untuk membiayai pengobatan anak saya ini, saya tidak tahu harus bagaimana nantinya jika disuruh membayar," ujarnya.

Untuk itu, ia mengharapkan kembali bantuan dari pihak lain yang dengan sukarela membantu menyembuhkan anak pertamanya itu. "Kasihan dia masih kecil harus menanggung penyakit ini, semoga ada orang dermawan yang mau membantu kami," kata Edi.

Pewarta: Dhimas Budi Pratama
Editor: Unggul Tri Ratomo
Copyright © ANTARA 2015