Harapannya setelah acara ini, pulang dengan hati bersih, sehat, dan lebih baik."
Kulon Progo (ANTARA News) - Ribuan warga dari berbagai daerah memadati upacara adat labuhan satu Suro atau tahun baru Hijriah di Pantai Congot, Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta.

Salah satu sesepuh Paguyuban Kadang Gunung Lanang, Rustanto di Kulon Progo, Rabu, mengatakan labuhan ini dimaksudkan membuang apa yang sudah tidak dipakai lagi, termasuk kesialan, dan dosa-dosa.

"Harapannya setelah acara ini, pulang dengan hati bersih, sehat, dan lebih baik," kata Rustanto.

Sebelum labuhan, kata dia, pada malam Satu Suro di Pesanggrahan Gunung Lanang digelar rangkaian acara. Mulai dari siraman dan ruwatan yang diikuti sekitar 117 orang, kataman baca Alquran hingga tuntas, serta pagelaran wayang kulit semalam suntuk dalang Ki Suwondo dengan lakon Harjuno Suci.

"Peserta ruwatan mayoritas berasal dari luar daerah, seperti Jakarta," katanya.

Ia mengatakan tradisi labuhan ini sudah dilakukan secara turun-temurun, tetapi baru diangkat atau dipromosikan 1988 hingga sekarang.

"Tradisi ini akan terus kami laksanakan supaya generasi penerus mengetahui budaya lokal nenek moyangnya," katanya.

Pada upacara labuhan ini, berbagai sesaji mulai dari kepala kerbau, gunungan buah dan sayuran, nasi tumpeng, ingkung, telur, serta bunga dilarung atau dibuang ke tengah laut. Sebagian lainnya diperebutkan oleh pengunjung.

"Tahun lalu membuang recehan Rp1.000 hingga Rp11 juta, sebelumnya juga pernah melepas banyak dara, burung, dan bebek. Setiap tahun berbeda dengan harapan yang sekarang atau yang besok lebih baik dari yang kemarin," katanya.

Salah satu pengunjung dari Purworejo Agus mengatakan setiap acara labuhan dirinya pasti datang. "Saya mencari berkah," katanya.

Pewarta: Sutarmi
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2015