Lampung Timur (ANTARA News) - Balai Besar Taman Nasional Way Kambas mengembangkan desa ekowisata sebagai destinasi wisata sekunder di Kabupaten Lampung Timur.

Koordinator Humas Taman Nasional Way Kambas (TNWK) Lampung, Sukatmoko di Lampung Timur, Kamis, mengatakan Balai Besar TNWK saat ini sedang merancang pengembangan desa ekowisata sebagai destinasi wisata sekunder bagi pengunjung, dengan tujuan untuk meningkatkan wisatawan ke TNWK ini.

Tujuan lain pengembangan desa ekowisata itu, menurut dia, agar masyarakat di sekitar kawasan hutan TNWK juga dapat merasakan manfaat ekonomis adanya kunjungan wisatawan ke TNWK ini.

"Destinasi wisata utamanya tetap Taman Nasional Way Kambas, tapi pelakunya di sini adalah masyarakat karena Balai Besar TNWK ingin masyarakat ikut merasakan dampak dari kunjungan wisatawan tersebut," ujar dia lagi.

Lebih lanjut dia menjelaskan, di dalam desa ekowisata itu akan menawarkan rumah singgah bagi pengunjung yang ingin bermalam, aneka kerajian dari desa setempat, dan aneka kuliner dari wilayah ini.

Menurut Sukatmoko, untuk mewujudkan desa ekowisata tersebut, Balai Besar TNWK bekerjasama dengan lembaga swadaya masyarakat setempat dalam membina desa ekowisata ini.

Dia menyebutkan, desa yang saat ini sedang dibina menjadi desa ekowisata adalah Desa Labuhan Ratu VII, Labuhan Ratu IX di Kecamatan Labuhan Ratu, dan Desa Braja Asri Kecamatan Way Jepara.

Sedangkan destinasi wisata di TNWK saat ini yang ditawarkan sebagai daya tarik utama bagi pengunjung, seperti pengamatan satwa hutan TNWK maupun penelusuran sungai dan pantai di pinggir hutan TNWK yang dipandu oleh petugas setempat.

"Tapi hiburan dan atraksi gajah jinak terdidik terlatih di TNWK saat ini sudah tidak dapat dinikmati oleh pengunjung, karena telah dihentikan. Tapi pengunjung masih bisa melihat gajah jinak ini di areal Pusat Latihan Gajah Way Kambas," katanya pula.

Kawasan hutan TNWK dapat dicapai melalui jalan darat dari ibu kota Provinsi Lampung di Bandarlampung melalui jalan lintas ke Metro dan menuju Way Jepara menggunakan mobil sekitar dua jam (112 km).

Bila menggunakan jalur darat dari Bandara Radin Inten II di Branti, Lampung Selatan, pengunjung bisa melanjutkan perjalanan darrat ke Metro dan terus ke Way Jepara sekitar satu jam 30 menit (100 km).

Pengunjung yang melalui jalur Pelabuhan Penyeberangan Bakauheni di Lampung Selatan dapat meneruskan perjalanan darat ke Panjang (Bandarlampung)-Sribawono-Way Jepara sekitar tiga jam (170 km) atau melalui jalur darat Bakauheni-Labuhan Maringgai-Way Kambas sekitar dua jam.

Kantor Balai Besar TNWK berada di Jl. Raya Way Jepara, Labuhan Ratu Lama, Lampung, Telp. (0725) 44220.

Kawasan hutan TNWK ini dinyatakan Menteri Pertanian tahun 1982, dan ditunjuk Menteri Kehutanan, SK No.: 14/Menhut- II/1989 dengan luas 130.000 hektare. TNWK kemudian ditetapkan Menteri Kehutanan, SK No.: 670/Kpts-II/1999, dengan luas 125.621,3 hektare, berada di Kabupaten Lampung Tengah dan Kabupaten Lampung Timur, Provinsi Lampung.

TNWK merupakan perwakilan ekosistem hutan dataran rendah yang terdiri dari hutan rawa air tawar, padang alang-alang/semak belukar, dan hutan pantai di Sumatera.

Jenis tumbuhan di taman nasional ini, antara lain api-api (Avicennia marina), pidada (Sonneratia sp.), nipah (Nypa fruticans), gelam (Melaleuca leucadendron), salam (Syzygium polyanthum), rawang (Glochidion borneensis), ketapang (Terminalia cattapa), cemara laut (Casuarina equisetifolia), pandan (Pandanus sp.), puspa (Schima wallichii), meranti (Shorea sp.), minyak (Dipterocarpus gracilis), dan ramin (Gonystylus bancanus).

TNWK memiliki 50 jenis mamalia, di antaranya badak sumatera (Dicerorhinus sumatrensis sumatrensis), gajah sumatera (Elephas maximus sumatranus), harimau sumatera (Panthera tigris sumatrae), tapir (Tapirus indicus), anjing hutan (Cuon alpinus sumatrensis), siamang (Hylobates syndactylus syndactylus); 406 jenis burung, di antaranya bebek hutan (Cairina scutulata), bangau sandang lawe (Ciconia episcopus stormi), bangau tong-tong (Leptoptilos javanicus), sempidan biru (Lophura ignita), kuau (Argusianus argus argus), pecuk ular (Anhinga melanogaster); berbagai jenis reptilia, amfibia, ikan, dan insekta.

Gajah-gajah liar dilatih di Pusat Latihan Gajah Way Kambas ini (9 km dari pintu gerbang Plang Ijo), menjadi gajah tunggang, atraksi, angkutan kayu dan bajak sawah.

Pada pusat latihan gajah tersebut, dapat disaksikan pelatih mendidik dan melatih gajah liar, menyaksikan atraksi gajah main bola, menari, berjabat tangan, hormat, mengalungkan bunga, tarik tambang, berenang dan masih banyak atraksi lainnya. Namun atraksi ini belakangan dihentikan oleh pengelola Balai Besar TNWK.

Pusat latihan gajah ini didirikan pada tahun 1985, dan sampai saat ini telah berhasil mendidik dan menjinakkan gajah sekitar 290 ekor. Beberapa ekor gajah jinak itu dikirim ke berbagai daerah di Indonesia maupun dipertukarkan dengan perjanjian kerja sama dengan beberapa pihak di luar negeri.

Beberapa lokasi/objek yang menarik untuk dikunjungi di TNWK, antara lain Pusat Latihan Gajah Karangsari, dan untuk kegiatan berkemah, di area Way Kanan, penelitian dan penangkaran badak sumatera dengan fasilitas laboratorium alam dan wisma peneliti, juga Rawa Kali Biru, Rawa Gajah, dan Kuala Kambas.

Pengunjung juga dapat menelusuri Sungai Way Kanan, pengamatan satwa (bebek hutan, kuntul, rusa, burung migran), padang rumput dan hutan mangrove.***1***

(MS*B014)

(T.B014/B/H009/H009) 15-10-2015 07:47:47

Pewarta: Muklasin
Editor: Desy Saputra
Copyright © ANTARA 2015