Palembang, Sumatera Selatan (ANTARA News) - Pergerakan api di lahan gambut yang terbakar di Air Sugihan, Ogan Komering Ilir, Sumatera Selatan, dalam dua hari ini masuk kategori ekstrim dengan kecepatan mencapai satu km per jam.

Koordinator wilayah penggunaan pesawat bantuan asing BNPB, Budi Erwanto, yang dihubungi dari Palembang, Minggu, mengatakan, kecepatan kepala api itu banyak disebabkan angin puting-beliung yang bertiup di sana. 

"Ini sudah hari kelima, dan api belum padam juga. Saat ini pusatnya ada di Distrik Bagan Tengah. Untuk dua hari terakhir, malah pergerakannya ekstrim sekali karena sudah ada pusaran api yang cukup besar dan bentangan yang sangat luas," kata Budi, 

Dia katakan itu saat berada di posko Satgas Penanggulangan Kebakaran Hutan dan Lahan di areal persuahaan PT Bumi Andalan Permai, Air Sugihan.

Ia melanjutkan, untuk itu, sebanyak dua unit pesawat bantuan Malaysia, satu unit dari Singapura, dan satu unit milik TNI difokuskan memadamkan api di Air Sugihan, tepatnya di distrik Bagan Tengah.

Dalam satu kali terbang, setiap unit pesawat milik Malaysia mampu menjatuhkan air sebanyak 1.600 liter dari udara. Setiap hari, pesawat ini diproyeksikan terbang sebanyak empat-lima kali.

Ia mengatakan, kencangnya angin menjadi salah satu penyebab utama kebakaran hutan dan lahan demikian cepat meluas di kawasan tersebut.

"Bahkan, pergerakannya kepala api saat ini sudah mendekat laut, sudah ke arah sungsang," kata dia.

Untuk memantau pergerakan kepala api ini, Posko Satgas Air Sugihan diperkuat 22 personel yang terdiri dari unsur BNPB, TNI dan perusahaan.

"Digunakan pesawat tanpa awak, satu unit helikopter milik perusahaan untuk memantau kepala api yang biasa dilakukan setiap sore," kata dia. 

"Hasil pemantauan langsung disampaikan ke BNPB di Palembang, untuk menentukan titik koordinat pesawat pemadam kebakaran menjatuhkan air," kata dia. 

Kebakaran hutan dan lahan di Air Sugihan, OKI hingga kini belum bisa dipadamkan secara total karena kepala api masih bergerak leluasa menjangkau areal kering lahan gambut.

Setidaknya, 6.000 hektare lahan di Air Sugihan telah terbakar yang meliputi lahan milik perusahaan, hutan konservasi, dan hutan lindung.

Pewarta: Dolly Rosana
Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2015