Jerusalem (ANTARA News) - Ibu Kota Komersial Israel, Tel Aviv, dan tiga kota besar lagi telah melarang pekerja Arab memasuki sekolah, dengan alasan keamanan di tengah gelombang terbesar serangan oleh orang Palestina dalam bertahun-tahun.

Di Kota Rehovot di Israel Tengah, kepala keamanan kotapraja mengatakan di dalam surat kepada warga bahwa "anggota minoritas" takkan diizinkan memasuki lembaga pendidikan, istilah yang umum digunakan oleh Israel untuk menyebut warga Arab, yang merupakan seperlima dari penduduk negeri itu.

Surat tersebut juga menjelaskan larangan itu akan diberlakukan hanya selama jam pelajaran, saat anak-anak berada di sekolah, demikian laporan Xinhua, Senin pagi.

Kota Praja Tel Aviv dan daerah pinggirannya --Hod Hasharon dan Ness Tziona-- telah mengeluarkan pengumuman serupa di surat dan jejaring mereka, tapi menghindari penyebutan "orang Arab" secara langsung.

Dengan alasan keamanan, semua pemerintah kota praja tersebut mengatakan pekerja kebersihan dan pekerja pemeliharaan akan dilarang masuk selama jam pelajaran. Warga Arab merupakan mayoritas tenaga kerja di Israel.

"Mengingat situasi yang sensitive, pemerintah kota praja telah memutuskan untuk tidak mengizinkan kontraktor/pekerja, baik Yahudi maupun Arab, untuk memasuki lembaga pendidikan dengan tujuan kegiatan rutin di sekolah," kata Pemerintah Kota Praja Tel Aviv di dalam satu pernyataan.

"Pekerja kontrak bisa melakukan pekerjaan seperti biasa, setelah berakhirinya pelajaran," tambahnya.

Radio Israel melaporkan tindakan serupa juga dilakukan oleh beberapa sekolah di Jerusalem, tempat sebagian besar aksi penikaman telah terjadi.

Tindakan controversial itu dikutuk oleh Daftar Gabungan, faksi terbesar Arab-Yahudi di Israel. Dov Khanin, anggota parlemen di Daftar tersebut, mengecam keputusan itu sebagai "peningkatan tindakan berbahaya, yaitu pemisahan rasial" dan menyerukan sidang darurat oleh Komite Urusan Dalam Negeri di parlemen.

Issawi Frij, anggota parlemen Arab dari faksi sayap-kiri Meretz, mengatakan sistem pendidikan, dan bukannya bertindak untuk menenangkan situasi, malah memelopori "rasisme dan pengucilan".

Peningkatan aksi pembalasan oleh Palestina di seluruh Israel, Jerusalem Timur, Tepi Barat dan Jalur Gaza telah merenggut tujuh nyawa orang Israel. Sebanyak 90 lagi orang Israel cedera selama serangan penikaman dan pelemparan batu oleh orang Palestina. Pada saat yang sama, sedikitnya 43 orang Palestina tewas, dan ratusan orang lagi cedera.

(Uu.C003)

Editor: Fitri Supratiwi
Copyright © ANTARA 2015