Magetan (ANTARA News) - Tim SAR gabungan menghentikan pencarian para pendaki yang diduga masih terjebak kebakaran hutan di lereng Gunung Lawu setelah hampir sepekan operasi penyelamatan digelar.

Kepala BPBD Magetan Agung Lewis di Magetan Kamis mengatakan, penghentian pencarian diputuskan karena diyakini kecil kemungkinannya masih ada pendaki yang terjebak. Kalaupun masih ada, mereka diduga masih menjalani ritual di kawasan puncak dan dinilai kondisinya tidak berbahaya.

"Mungkin ada beberapa yang enggan turun karena masih menggelar ritual bulan Suro, sehingga memilih bertahan di puncak. Meski demikian, petugas mengimbau para pendaki tersebut untuk turun karena Lawu harus steril akibat ancaman kebakaran hutan," ujar Agung Lewis kepada wartawan.

Bahkan, hasil penyisiran tim SAR gabungan yang terdiri dari Basarnas, BPBD Magetan, KPH Lawu Ds, Polres Magetan, Kodim Magetan, Anak Gunung Lawu, dan petugas dari Karanganyar, Jawa Tengah, menemukan sejumlah pendaki di kawasan puncak dan akhirnya diturunkan melalui jalur pendakian Candi Ceto, Karanganyar, Jawa Tengah, demi keamanan.

Agung menjelaskan, setelah penyisiran pendaki dihentikan, tim SAR gabungan akan fokus pada pemadaman kebakaran hutan yang masih menyala.

Bahkan, data BPBD Magetan mencatat, kebakaran hutan sudah terjadi di sekitar pos satu jalur pendakian Cemoro Sewu, Plaosan, Magetan.

"Untuk memadamkan api, petugas dibantu masyarakat terus membuat ilaran agar api tidak menjalar ke bawah," kata dia.

Petugas juga berusaha memadamkan api dengan peralatan tradisional, yakni batang pohon, namun terkadang upaya tersebut terkendala angin sehingga api cepat membesar.

Sebelumnya, pada 18 Oktober lalu, sebanyak sembilan pendaki terjebak kebakaran hutan di lereng Gunung Lawu hingga mengakibatkan tujuh orang di antaranya tewas dan dua lainnya kritis.

Hingga saat ini jalur pendakian Gunung Lawu, baik yang melalui Cemoro Sewu dan Cemoro Kandang, masih ditutup untuk umum. Hal itu untuk menjaga keselamatan para pendaki dari ancaman kebakaran hutan.

Pewarta: Slamet Agus Sudarmojo/ Louis Rika
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2015