Kami akan mendorong kepada BUMN yang bergerak di bidang perkebunan supaya bisa merumuskan secara betul pengembangan itu guna membantu masyarakat dalam mendapatkan bibit unggul yang bisa ditanam di Indonesia,"
Sidoarjo (ANTARA News) - Menteri BUMN Rini Soemarno mendorong supaya ada pengembangan pada bidang bibit tanaman perkebunan untuk meningkatkan kesejahtaeraan warga masyarakat.

"Kami akan mendorong kepada BUMN yang bergerak di bidang perkebunan supaya bisa merumuskan secara betul pengembangan itu guna membantu masyarakat dalam mendapatkan bibit unggul yang bisa ditanam di Indonesia," katanya saat membuka seminar nasional dalam rangka rapat kerja nasional Gabungan Asosiasi Petani Perkebunan Indonesia (Gapperindo) di Hotel Utami, Sidoarjo, Jawa Timur, Kamis.

Ia mengemukakan, pengembangan komoditas perkebunan tersebut harus terus dilaksanakan mengingat saat ini kondisi tanah setiap tahunnya juga mengalami perubahan.

"Produk perkebunan harus dikembangkan karena sebetulnya ekonomi Indonesia bertumpu pada sektor pertanian," katanya.

Ia menyebutkan, beberapa produk perkebunan memang bukan asli tanaman Indonesia melainkan tanaman luar negeri yang dibawa oleh Belanda saat menjajah Indonesia.

"Para penjajah itu tahu kalau tanah di Indonesia sangat subur, sehingga banyak bibit tanaman yang berhasil ditanam di Indonesia," katanya.

Ia mengatakan, pada sepuluh tahun lalu, banyak tanaman kakao yang hasilnya langsung dibawa keluar negeri untuk diolah menjadi nilai lebih.

"Namun saya melihat belakangan ini banyak produk cokelat yang diolah dan dihasilkan di dalam negeri. Ini membuktikan Indonesia sudah mampu meningkatkan nilai tambah dari hasil perkebunan," katanya.

Selain pengembangan produk, kata dia, yang perlu dikembangkan lagi adalah sumber daya manusianya untuk mampu bersaing dalam rangka menghadapi persaingan bebas sebentar lagi.

"Salah satunya seperti pengembangan SMK Kegulaan yang ada di Situbondo, Jawa Timur, ini untuk menghasilkan SDM yang berkompeten di bidang pergulaan," katanya.

Pewarta: Indra Setiawan
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2015