Jakarta (ANTARA News) - Taman Bacaan Pelangi bekerjasama dengan organisasi internasional Room to Read meresmikan delapan perpustakaan di sekolah dasar Flores demi menumbuhkan kebiasaan membaca di Indonesia timur.

"Indonesia timur dipilih karena tingkat pemahaman membaca paling rendah dibandingkan daerah lain," kata pendiri Taman Bacaan Pelangi (TBP) Nila Tanzil pada wartawan di Jakarta, Kamis.

Sebanyak 13.636 buku cerita siap dibaca oleh sekitar 2400-an siswa dalam delapan perpustakaan di delapan sekolah terpilih.

Beberapa diantaranya adalah SDI Wae Nakeng, SDI Kondas, SDI Merombok, SDI Nggorang, SDI Tondong Raja dan SDI Labuan Bajo.

Nila mengemukakan kriteria pemilihan sekolah yang proses seleksinya dibantu dinas pendidikan setempat, yakni perpustakaannya terbengkalai, jumlah murid lebih dari 100 orang, memiliki pustakawan dan siap berkomitmen menghidupkan perpustakaan menjadi tempat menyenangkan untuk membaca.

Sekolah yang terpilih harus konsisten menjalankan "jam perpustakaan" di mana setiap kelas harus meluangkan satu jam pelajaran di perpustakaan tiap pekan. 

Tidak sekadar menyumbangkan buku, TBP dan RTR membuat "Perpustakaan Ramah Anak" agar nyaman ditempati mereka yang haus ilmu. Selain interior yang menarik bagi anak, sistem peminjaman buku, perpustakaan ideal ini juga memisahkan koleksi berdasar tingkat kemampuan membaca anak. 

"Sebelumnya kami memisahkan berdasar genre, tapi ternyata tidak efektif. Setelah mengadopsi sistem Room to Read, buku dikategorikan berdasar kerumitan isinya," jelas perempuan yang masuk daftar "10 Inspiring Women 2015" dari Forbes Indonesia. 

Taman Bacaan Pelangi adalah organisasi nirlaba yang fokus mengelola perpustakaan di Indonesia bagian timur. Sejak berdiri pada 2009. TBP telah mengurus 37 perpustakaan di 14 pulau di Indonesia timur.

Misi mengentaskan kebodohan yang diusung TBP sejalan dengan Room to Read, organisasi global yang bertujuan meningkatkan kemampuan literasi. Organisasi ini juga aktif di negara lain seperti Tanzania, Bangladesh, Kamboja dan Vietnam. 
 

Pewarta: Nanien Yuniar
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2015