Pangkalpinang (ANTARA News) - Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Stasiun Pangkalpinang menyatakan jumlah titik panas atau "hotspot" yang menjadi indikasi kebakaran lahan dan hutan di Provinsi Bangka Belitung (Babel), Jumat, menurun drastis di bandingkan sehari sebelumnya.

"Berdasarkan pantauan Satelit Terra dan Aqua pukul 07.00 WIB menunjukan tinggal lima titik panas di Provinsi Babel. Jumlah itu jauh menurun dibandingkan pada kemarin, Kamis (24/10) yang terdeteksi lebih dari 20 titik panas," kata Staf Koordinator Unit Analisis BMKG Pangkalpinang, Nur Setiawan di Pangkalpinang, Jumat.

Ia mengatakan, kelima titik panas tersebut tersebar di tiga wilayah, yakni Kabupaten Bangka Selatan, Belitung dan Belitung Timur.

"Jumlah titik panas terbanyak berada di Kabupaten Bangka Selatan yang terpantau sebanyak tiga titik, tersebar di Kecamatan Toboali dua titik dan di Kecamatan Payung sebanyak satu titik," katanya.

Sedangkan titik panas di Kabupaten Belitung terdeteksi satu titik, yaitu di Kecamatan Nasik dan di Kabupaten Belitung Timur juga terpantau satu titik yang berada di Kecamatan Dendang.

"Menurunnya jumlah titik panas ini di sebabkan berkurangnya aktivitas yang dapat menimbulkan titik api sebagai indikasi awal kebakaran," katanya.

Meskipun titik panas mengalami penurunan drastis, masyarakat yang berada di daerah yang kini terpantau terdapat titik panas, diimbau agar tetap mewaspadai kemungkinan terjadinya kebakaran lahan pertanian, perkebunan, dan kawasan hutan yang ada di sekitar lingkungan tempat tinggalnya.

"Dengan kewaspadaan yang tinggi dan pengawasan lingkungan secara maksimal, diharapkan bisa dicegah terjadinya kebakaran hebat yang dapat menimbulkan kerugian materi serta bencana kabut asap berdampak buruk bagi lingkungan dan kesehatan masyarakat," katanya.

Selain itu, ia juga mengharapkan peran serta masyarakat untuk tidak melakukan pembakaran hutan dan lahan, karena saat musim kemarau saat ini api dengan mudah menyebar dan sangat sulit ditangani.

Pewarta: Donatus Dasapurna Putranta
Editor: Unggul Tri Ratomo
Copyright © ANTARA 2015