Jakarta (ANTARA News) - Grup musik NOAH merasa seperti saat mereka pertama kali mereka bermain sebagai band ketika mereka tampil di tiga kota di Amerika Serikat.

"Sampai sana kayak pertama kali nge-band, nggak boleh manja sama alat," kata vokalis Ariel kepada wartawan di Jakarta, Jumat.

Ariel, Uki (gitar), David (keyboard) dan Lukman (gitar) manggung di Los Angeles, Washington DC dan New York pada 3, 4 dan 9 Oktober lalu dalam rangka mempromosikan album mereka "Second Chance", yang keluar akhir tahun yang lalu.

Mereka kesulitan untuk membawa keperluan manggung sehingga tidak semua alat mereka boyong ke negeri Paman Sam.

Saat tampil di Silver Spring, Maryland, Washington DC misalnya, mereka bermain secara akustik karena jeda waktu yang sangat sedikit setelah tampil di Los Angeles, kota pertama mereka manggung, tidak memungkinkan mengangkut semua alat.

"Pengalaman di AS serasa kembali ke zaman pertama kali manggung, kembali bermain apa adanya. Gimana menghibur penonton dengan kualitas apa adanya," kata Uki.

Paling sulit menurut Ariel adalah menentukan lagu yang dibawakan karena penonton, yang kebanyakan orang Indonesia, di sana lebih mengenal lagu-lagu lama mereka.

Ia mengenang saat manggung luar ruangan di Washington DC, ada sejumlah penduduk AS yang turut menikmati penampilan mereka.

Ada juga yang mencari kepingan cakram NOAH usai mereka tampil.

"Ternyata musik bisa menembus tembok bahasa," kata Ariel.

David bercerita ia sempat dihampiri seseorang yang bertanya-tanya tentang band dan ia pun merasa dihargai dengan aksi tersebut.

"Kita dihargai dan mereka menikmati," kata David. 

 Tampil di AS, Ariel menolak menyebut langkah yang mereka tempuh itu adalah tanda bahwa mereka sudah go international.

Ia ingin band-nya mengalami kemajuan dalam bermusik.

"Apa yang kami lakukan adalah untuk kemajuan itu. Tapi, kalau dibilang sudah go international, saya agak risih," kata dia.

Padatnya jadwal mereka di sana pun membuat mereka tidak punya kesempatan untuk rekaman di sana.


Pewarta: Natisha Andarningtyas
Editor: Desy Saputra
Copyright © ANTARA 2015