Sang inisiator pendiri Yayasan Supersemar itu punya satu tekad bahwa anak-anak dari keluarga kurang mampu harus bisa melanjutkan pendidikan ke jenjang lebih tinggi dengan dukungan beasiswa dari Yayasan Supersemar yang didirikan pada 16 Mei 1974,"
Jakarta (ANTARA News) - Ketua Umum Keluarga Mahasiswa dan Alumni Penerima Beasiswa Supersemar (KMA-PBS) Dr HM Syahrial Yusuf menyatakan, meski telah lama wafat, Presiden ke-2 RI almarhum Soeharto (Pak Harto) tetap menorehkan tinta emas dalam sejarah dunia pendidikan di Indonesia.

"Sang inisiator pendiri Yayasan Supersemar itu punya satu tekad bahwa anak-anak dari keluarga kurang mampu harus bisa melanjutkan pendidikan ke jenjang lebih tinggi dengan dukungan beasiswa dari Yayasan Supersemar yang didirikan pada 16 Mei 1974," kata Syahrial pada pelantikan pengurus baru KMA-PBS di Jakarta, Jumat malam.

Syahrial terpilih sebagai Ketua Umum KMA-PBS periode 2011-2019 pada Munas IX Ormas tersebut yang berlangsung di Jakarta tanggal 3 Oktober 2015. Pada kepengurusan Ormas itu Syahrial didampingi oleh Wakil Ketua Umum Ir HM Suaib Didu MM dan Sekretaris Jenderal Ir M Zainal Fatah MSi.

Ketua umum sebelumnya dijabat oleh Drs H Eddy Djauhari MSi. Eddy menjabat sebagai pimpinan KMA-PBS selama dua kali, yakni periode 2007-2011 dan 2011-2015.

Menurut Syahrial, para penerima beasiswa Supersemar adalah anak-anak bangsa yang cerdas, berbakat dan berprestasi. Kini mereka banyak yang menduduki posisi penting, baik di eksekutif, legislatif, maupun yudikatif, bahkan sekitar 70 persen rektor universitas di Indonesia adalah mereka yang pada masa lalunya menerima beasiswa Supersemar.

Saat ini tercatat lebih dari 500 orang Guru Besar (Profesor) dan ribuan Doktor (S3) di Indonesia adalah alumni penerima beasiswa Supersemar, selain juga mereka yang lulus jenjang SMA/SMK maupun jenjang S1 dan S2. Para penerima dan alumni penerima beasiswa itu sejak 1979 terhimpun dalam satu wadah organisasi nasional KMA-PBS.

Menurut catatan Yayasan Supersemar, dana yang disalurkan untuk beasiswa dari tahun 1975 sampai 2014 adalah sebesar Rp. 706.283.016.260 (tujuh ratus enam miliar dua ratus delapan puluh tiga juta enam belas ribu dua ratus enam puluh rupiah) dan diberikan kepada 2.007.678 orang penerima.

Mengenai program KMA-PBS lima tahun ke depan, Syahrial mengemukakan, program dimaksud menekankan pada tiga kegiatan, yakni pendidikan, kewirausahaan, dan kekeluargaan, dengan harapan Ormas tersebut tidak henti berkiprah dalam mencerdaskan kehidupan bangsa ke depan.

Syahrial Yusuf selama ini dikenal sebagai pemilik sekaligus pendiri lembaga yang menjadi pelopor pendidikan "link and match" antara dunia pendidikan dan dunia usaha di Indonesia, yakni Lembaga Pendidikan dan Pengembangan Profesi Indonesia (LP3I).

Sebelumnya, pada kesempatan terpisah Pembina Yayasan Supersemar Hj Siti Hediyati Hariyadi SE (Mbak Titiek) menyampaikan perkembangan terkini Yayasan Supersemar yang menghadapi "cobaan" terkait Putusan Mahkamah Agung. Kondisi ini, menurut dia merugikan masyarakat, khususnya anak-anak bangsa yang masih menerima beasiswa Supersemar.

"Saya beserta Pengurus Yayasan Supersemar mohon doa dan dukungan, khususnya dari para alumni penerima beasiswa Supersemar. Saya akan terus mengawal aset bangsa ini agar tetap dapat menjalankan amanah Pak Harto untuk terus membantu mereka yang tidak mampu melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi," kata Mbak Titiek.

Pewarta: Aat Surya Safaat
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2015