Jakarta (ANTARA News) - Badan Informasi Geospasial (BIG) menargetkan peta Lingkungan Pantai Indonesia (LPI) berskala besar siap pada 2018 untuk mendukung pengembangan 24 pelabuhan inti di seluruh Indonesia.

"Tahun depan peta 12 pelabuhan dulu, tahun berikutnya 12 pelabuhan lagi. Sekarang kami sedang memulai proses pemetaan batimetri di Surabaya," kata Kepala BIG Dr Priyadi Kardono di sela Seminar "Paradigma Geomaritim" di Jakarta, Sabtu.

Pada Pertemuan Ilmiah Tahunan Ikatan Geograf Indonesia (IGI) ke-18 tersebut Priyadi mengatakan peta dasar LPI ini harus sangat rinci dengan skala 1:10.000 yang akan berguna untuk mengetahui kondisi pesisir pelabuhan seperti tingkat sedimentasi, abrasi, dan data lainnya.

"Peta LPI ini mencakup kondisi dan tata ruang di darat maupun di laut. Di darat untuk mendukung bagaimana mengaktifkan pelabuhan, misalnya pengiriman hasil bumi, dan di laut untuk melihat kondisi yang mendukung lalu lintas di laut," katanya.

Namun untuk pengembangan informasi geospasial terkait konsep poros maritim dunia tersebut, lanjut dia, membutuhkan sumber daya manusia yang sangat banyak, sementara saat ini hanya ada sekitar 3.000 surveyor di Indonesia.

Sementara itu, Ketua Umum IGI Prof Dr Hartono mengatakan kurangnya tenaga di bidang informasi geospasial itu dikhawatirkan akan diisi oleh tenaga asing, khususnya sejak diberlakukannya Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA).

"Apalagi para geograf dalam negeri ini belum tersertifikasi secara internasional. Jangan sampai para geograf kita hanya jadi penonton karena ketidaksiapan ini," kata pakar geografi dari UGM itu.

Pihaknya, lanjut dia, sedang menyusun Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI) di bidang Informasi Geospasial bersama asosiasi keahlian terkait lainnya, antara lain di bidang Sistem Informasi Geografis, Hidrografi, Fotogrametri, Penginderaan Jauh, hingga Kartografi.

Sedangkan Pembantu Rektor UNJ bidang Perencanaan dan Kerja sama Achmad Ridwan mengatakan, agar SDM Indonesia siap menjadi poros maritim dunia, kurikulum yang berjalan saat ini harus direvisi.

"Untuk menjadi poros maritim dunia dan mempersiapkan SDM ke arah itu, maka kurikulum harus mendukung pembangunan kemaritiman, seperti geografi, teknologi informasi, ekologi kelautan, biologi laut, teknik perkapalan dan bidang kelautan lainnya," katanya.

Pewarta: Dewanti Lestari
Editor: Heppy Ratna Sari
Copyright © ANTARA 2015