Kami berupaya keras, membuat kemasan lebih baik,"
Kediri (ANTARA News) - Pelaku kerajinan bambu di Kabupaten Kediri, Jawa Timur, mengaku terkendala teknik pengemasan yang baik agar produknya tidak rusak sampai di tangan konsumen.

"Kadang, jika pesanan hanya per unit, risikonya barang rusak. Ini yang jadi kendala kami," kata Java, bagian penjualan dQueen Gallery yang merupakan sebuah usaha kerajinan bambu saat ditemui pada pameran UMKM di Desa Sugihwaras, Kecamatan Ngancar, Kabupaten Kediri, Sabtu.

Ia mengatakan, usaha kerajinan bambu ini sebenarnya sangat berpeluang besar untuk dikembangkan. Hal itu tidak lain karena bahan baku sendiri masih melimpah, sehingga tidak sulit dicari.

Java mengungkapkan selama ini untuk pengiriman dalam jumlah besar cukup mudah, sebab barang dijadikan satu dan ditaruh dalam kotak kayu, sehingga risiko barang rusak kecil. Namun, yang menjadi masalah adalah saat pengiriman dalam paket kecil, misalnya satu unit.

"Karena barang rusak, akhirnya retur. Kami berupaya keras, membuat kemasan lebih baik," ujarnya.

Ulum, bagian pengelola usaha itu menambahkan untuk bahan baku memang masih mengandalkan kiriman dari luar daerah, yaitu diambil dari Kabupaten Trenggalek, dengan memilih jenis bambu apus. Bambu itu lentur dan bisa dibuat beragam kerajinan tangan.

Ia mengaku, memulai usaha ini sejak lima tahun lalu. Awalnya, ia ingin mendapatkan penghasilan sendiri, dan saat itu, terinspirasi membuat kerajinan dari bambu.

Berawal dari inspirasi tersebut, bersama rekannya akhirnya ia nekat berutang. Modal yang dimilikinya hanya terbatas, sehingga harus utang berupa pohon bambu yang kemudian diubah menjadi kerajinan tangan.

"Hasil kerajinan itu dijual dan laku. Akhirnya, terus dikembangkan dan menjadi seperti sekarang," ujarnya.

Ia mengaku, belajar secara otodidak membuat kerajinan bambu tersebut. Bersama temannya, ia berupaya menciptakan berbagai model kerajinan bambu. Saat ini, kerajinan itu difokuskan membuat beragam lampu hias.

Sejak lima tahun sampai sekarang, Ulum mengaku usahanya sudah terlihat membuahkan hasil. Omzetnya per bulan sekitar Rp10 juta. Saat ini, ia sudah mempekerjakan lima pemuda tetangganya. Produksinya difokuskan di rumahnya, Desa Peh Kulon, Kecamatan Papar, Kabupaten Kediri.

Mereka membantunya membuat kerajinan yang kebanyakan pesanan tersebut. Setiap satu pekan, tidak kurang dari 200 kerajinan lampu hias diproduksinya. Barang itu dikirim ke berbagai pemesan baik dari Kediri ataupun luar kota.

Selain membuat kerajinan lampu hias, ia juga membuat gazebo. Harga gazebo ia tawarkan sekitar Rp12 juta. Harga itu memang jauh berbeda dengan harga kerajinan lampu hias yang rata-rata Rp50 ribu sampai ratusan ribu rupiah.

Ulum mengatakan, harga tersebut sangat standar. Selain pengerjaan yang detail, hasil kreasi yang diciptakan juga tidak sama dengan produk lainnya, sehingga dipastikan kualitasnya pun bagus.

Untuk memasarkan usahanya, selama ini memanfaatkan jejaring sosial. Berbagai produk yang dihasilkan dipasang di jejaring sosial, sehingga masyarakat pun juga mengetahui produk tersebut. Selain itu, guna lebih mengenalkan produk tersebut, rencana juga akan dititipkan di sejumlah pusat perbelanjaan dan suvenir di wilayah Kediri.

Ia pun mengaku, selama ini belum pernah mengikuti pelatihan yang dilakukan oleh pemerintah daerah. Selain itu, ia mempunyai rencana ke depan produk yang dibuatnya bisa sampai tembus ke ekspor. Namun, saat ini masih terkendala dengan model pengemasan yang masih memerlukan perbaikan.

Ia pun berharap, pemerintah bisa memberikan arahan untuk membantu UMKM kecil yang sedang berkembang seperti yang dikelolanya.

Sementara itu, Kepala Bagian Hubungan Masyarakat Kabupaten Kediri Haris mengatakan pemerintah sebenarnya mempunyai banyak program untuk pengembangan UMKM, dengan beragam pelatihan.

"Ada banyak kegiatan pelatihan serta pameran untuk ajang promosi. Pemda tentu membantu UMKM agar lebih maju lagi," ujarnya.

Pewarta: Destyan HS
Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2015