Jakarta (ANTARA News) - Dokumen dan arsip bencana tsunami Aceh diupayakan masuk daftar Memory of The World atau Dokumen Ingatan Dunia milik Organisasi Pendidikan, Ilmu Pengetahuan, dan Kebudayaan PBB (UNESCO) pada tahun 2016.

"Sekarang kami sedang berupaya atau mengejar pengakuan dunia tentang dokumen-dokumen bencana Tsunami Aceh. Supaya semua dokumen tsunami dapat terjaga," kata Arif Rahman Hakim, Ketua Harian Komisi Nasional Indonesia untuk UNESCO, pada seminar internasional Bandung Conference: Memory of The World and Emerging Forces, di Jakarta, Selasa.

Hakim mengatakan, mendaftarkan dokumen tsunami berguna untuk menjaga arsip dan menyebarkan informasi berharga milik Indonesia sejalan dengan program UNESCO di bidang pendidikan, ilmu pengetahuan, dan media informasi.

Sebelumnya, dia membeberkan Indonesia telah memiliki lima dokumen peradaban yang masuk dalam daftar Dokumen Ingatan Dunia milik UNESCO.

Pertama, lanjut dia, arsip tentang VOC (Vereenigde Oostindische Compagnie) masuk daftar UNESCO pada tahun 2003 berkat kerja sama pemerintah Indonesia dengan Belanda, India, Afrika Selatan, dan Sri Lanka.

Kedua, mitologi I La Galigo dari Sulawesi Selatan yang menjadi naskah terpanjang di dunia dengan 13.000 baris teks dan 12.000 manuskrip folio sudah masuk daftar UNESCO pada 2011.

"Yang ketiga, pada 2013 Babad Diponegoro sudah masuk daftar Memory of The World atas usulan Indonesia melalui Perpustakaan Nasional dan bekerja sama dengan pihak Belanda," kata Hakim.

Naskah kuno Negarakertagama juga masuk Memory of The World pada 2013 setelah diusulkan Perpustakaan Nasional.

Adapun dokumen terbaru yang masuk ke daftar Memory of The World adalah arsip Konferensi Asia Afrika 1955 yang melibatkan kerjasama negara pemrakarsa lainnya yaitu India, Pakistan, Myanmar, dan Srilanka.

Kepala Arsip Nasional, Mustari Irawan, pun siap untuk mengupayakan masuknya dokumen tentang Tsunami Aceh masuk dalam Daftar Ingatan Dunia dengan menghimpun data-data yang berada di Balai Arsip Tsunami di Aceh.

"Karena usulan ini hanya dibuka tiap dua tahun sekali, kami berupaya mengusulkan lagi arsip tsunami yang kami miliki dari Balai Arsip Tsunami yang berisi dokumen ketika bencana terjadi hingga masa pemulihan," kata Irawan.

Pewarta: Alviansyah Pasaribu
Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2015