Bogor (ANTARA News) - Majelis Rektor Perguruan Tinggi Indonesia dan Thailand berkumpul dalam forum tahunan CRISU-CUPT International Conference ke-10 di Kota Bogor, Jawa Barat, Rabu, membahas berbagai persoalan salah satunya bencana kabut asap.

"Salah satu isu yang dibahas terkait perubahan iklim, terutama bencana kabut asap yang kini masif terjadi. Arahnya bagaimana forum rektor bisa menggerakkan keterlibatan perguruan tinggi dalam menangani masalah kebakaran hutan ini," kata Presiden Majelis Rektor Perguruan Tinggi Negeri Indonesia Prof Herry Suhardiyanto.

Prof Herry mengatakan, terkait penanganan masalah kabut asap ini, forum rektor perguruan tinggi Indonesia dan Thailand segera membentuk konsorsium yang akan menggerakkan perguruan tinggi masing-masing baik dalam penelitian, maupun mereview kebijakan terkait penanganan, pengelolaan hutan gambut di masing-masing daerah.

"Persoalan kabut asap yang terjadi, secara teknologi sudah ada tata cara pengelolaan lahan gambut yang benar, tata kelola air yang harus dijaga, begitu juga dengan regulasi atau kebijakan dalam mengelola hutan," kata Prof Herry.

Prsiden Majelis Rektor Perguruan Tinggi Thailand atau President of CUPT Prof Prazart Suebka mengatakan, sejak pertama forum majelis rektor Indonesia dan Thailand dibentuk, dirinya tidak menyangka akan berlanjut hingga 10 tahun lamanya.

"Kami tidak pernah menyangka pertemuan forum rektor Thailand dan Indonesia sudah sampai 10 tahun. Kami sangat mengapresiasi kerja sama ini," kata Prazart.

Terkait bencana kabut asap, lanjut Prazart, di wilayah Thailand sendiri juga mengalami kebakaran hutan khususnya di wilayah Utara. Tetapi Thailand juga terkena dampak kabut asap dari kebakaran hutan yang terjadi di wilayah Indonesia khususnya wilayah Selatan.

"Tetapi ini tidak menjadi persoalan bagi kami, kita tetap bersahabat. Dalam forum persahabatan ini bersama-sama kita atasi bencana asap ini," katanya.

Sementara itu, Sekretaris Utama Asosiasi Perguruan Tinggi se-Asia Tenggara (ASAIHL) Dr Ninnat Olanvolavurt mengatakan perguruan tinggi harus berperan dalam menangani persoalan kabut asap di wilayah masing-masing.

"ASAIHL sudah mencoba menghubungi pemimpin-pemimpin di wilayah-wilayah yang dilanda kabut asap. Kami mencoba mengomunikasikan ini sebagai bentuk peran kami. Terkait asap ini sebenarnya sudah lama dibahas dalam Deklarasi Bangkok dan Adam Malik sebagai inisiatornya," kata dia.

Ninnat menambahkan, ASAIHL juga sudah pernah mengomunikasikan persoalan kabut asap kepada pemimpin Indonesia kala itu Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dengan menyarankan agar pemerintah menyediakan sistem peringatan dini.

"Kami juga mencoba merangkul semua perguruan tinggi di wilayah Asia Tenggara untuk bergabung, bersama-sama menyelesaikan persoalan perubahan iklim, termasuk kabut asap. Sehingga gerakan ini menjadi masif," katanya.

Dalam Forum Rektor Perguruan Tinggi Indonesia dan Thailand juga diadakan pertemuan dengan perwakilan dari Montpelier University Prancis yang membahas persoalan perubahan iklim dan upaya menanggulanginya.

"Prancis akan menjadi tuan rumah pertemuan perubahan iklim COP21 Desember mendatang. Kami sangat concern untuk menyebarluaskan informasi terkait dampak perubahan iklim dan bagaimana menanganinya," kata Prof Roger Frutos.

Roger mengatakan perubahan iklim sudah menjadi isu global, bahkan dampaknya sudah sangat dirasakan. Seperti di Prancis sendiri ada negara bagian yang kini terserang penyakit chikungunya.

"Padahal ini merupakan penyakit di daerah beriklim tropis. Tapi karena dampak perubahan iklim ini sudah menyebar sampai seluruh negara," katanya.

Roger menambahkan, dalam forum rektor perguruan tinggi Indonesia dan Thailand, pihaknya akan menyampaikan beberapa pemikiran terkait perubahan iklim yang diharapkan kedua negara dapat bersama-sama mengatasinya.

"Prancis sangat concern dalam isu perubahan iklim, dan kami selalu melakukan pertemuan ilmiah di sejumlah negara membahas ini," katanya.

Selain membahas bencana kabut asap, Forum Pertemuan Rektor Perguruan Tinggi Indonesia dan Thailand ini juga menyinggung soal Masyarakat ekonomi ASEAN yang akan segera diberlakukan.

Forum Rektor Perguruan Tinggi Indonesia dan Thailand ini berlangsung dua hari dari tanggal 27 hingga 28 Oktober bertempat di Bogor. Diikuti sebanyak 79 peserta dari 26 perguruan tinggi ternama di Thailand, serta 112 peserta dari 21 perguruan tinggi negeri di Indonesia.

Pewarta: Laily Rahmawati
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2015