... masih ingat saat pesawat AirAsia jatuh. Begitu mendengar kabar itu, wakil presiden, panglima TNI, Badan SAR Nasional turun langsung. Mayat-mayat yang sudah meninggal di laut diangkat, yang seharusnya didoakan saja...
Jakarta (ANTARA News) - Masker biasanya dipakai untuk menghalau asap atau partikel berbahaya bagi pernafasan, yang kini jadi keperluan pokok masyarakat di provinsi-provinsi terpapar parah asap kebakaran hutan dan lahan. 




Tapi kini, di Gedung Parlemen, Jakarta, Jumat, yang jauh dari paparan asap pekat itu, masker juga dipakai para wakil rakyat yang terhormat itu saat hadir di Rapat Paripurna DPR dengan agenda pengesahan RAPBN 2016.  




Bukan asal pakai masker. Melainkan sebagai bentuk simpati dan empati para wakil rakyat itu kepada korban-korban paparan asap dan kebakaran hutan-lahan. Maksudnya begitu. 




Ketua DPR, Setya Novanto, bahkan juga mengajak seluruh anggota DPR untuk memberikan sumbangan; baik secara langsung melalui kotak sumbangan maupun transfer ke rekening Sekretariat Kepala Biro Keuangan Sekretariat Jenderal DPR. 




"Sebagai langkah awal pimpinan memulai dengan menyumbang masing-masing Rp10 juta. Jika ingin memberikan sumbangan melalui tunjungan kehormatan bisa lakukan melalui Sekretariat Jenderal DPR dan akan disalurkan ke masyarakat yang terdampak langsung," kata Novanto.




"Doa kita juga bersama juga penting kita mengajak pegawai DPR dan hadiran melakukan Shalat Istikoh," kata dia, saat membacakan himbauan dalam Rapat Paripurna DPR.




Sementara itu, Sekretaris Fraksi NasDem, Syarif Alkadrie, menyindir aksi menggunakan masker itu. "Aksi simpatik pimpinan menarik, tapi terlambat. Kenapa tidak sebulan yang lalu," kata Alqadrie, dalam interupsinya.




Begitu dia menyampaikan sindiran, anggota DPR dari Fraksi Demokrat, Nurhayati Assegaf, langsung menginterupsi dan menyanggah pernyataan itu. "Kita tidak alergi dengan menggunakan masker dalam ruangan ini, dan tak ada yang dilanggar," katanya.




Lebih tajam, mantan ketua Fraksi PD itu menyebutkan, langkah pemerintah menangani asap berbeda jauh dibanding menangani masalah jatuhnya pesawat AirAsia pada masa pemerintahan Susilo Yudhoyono, yang cepat, terpadu, dan sistematis itu. 




"Kita masih ingat saat pesawat AirAsia jatuh. Begitu mendengar kabar itu, wakil presiden, panglima TNI, Badan SAR Nasional turun langsung. Mayat-mayat yang sudah meninggal di laut diangkat, yang seharusnya didoakan saja," kata perempuan politisi itu. 




"Cara pemerintah (sekarang) menangani asap beda (ketimbang) saat menangani AirAsia," kata dia.




Ketika memasuki acara pembacaan laporan mengenai Pansus Kebakaran Hutan dan Lahan yang menjadi agenda pertama rapat paripurna yang sedianya dibacakan sang pengusul, Viva Yoga Mauladi, tidak siap. 




Pasalnya, Mauladi (Fraksi PAN) yang akan membacakan laporan terlambat datang dan setelah dipanggil pimpinan rapat paripurna, Taufik Kurniawan, Mauladi bahkan terlihat fisik batang hidungnya.




"Bagaimana mau lanjut Pansus Kebakaran Hutan dan Lahan kalau kesiapannya saja tidak ada," celetuk Alqadrie melalui pengeras suara.




"Karena sudah tiga kali dipanggil, kita ganti acaranya dengan laporan Badan Anggaran tentang RAPBN 2016," timpal Kurniawan.

Pewarta: Zul Sikumbang
Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2015