Jakarta (ANTARA News) - Mengenakan kaus oblong, celana selutut, iket kepala, lengkap dengan sarung mengalung ala Si Kabayan, Michael Halim (23) lincah menari berpasangan dengan Resti Oktaviani, dalam pertunjukan "Si Kabayan-Indonesia Folklore in Ballet", kemarin.

Sesekali ia mengangkat pasangannya itu setinggi dada sembari melempar senyum, lalu berputar bersama seperti pada pertunjukan balet pada umumnya.

"Balerina butuh pasangan. Tidak mungkin perempuan semua. Lebih bagus kalau ada laki-lakinya juga," ujar dia kepada ANTARA News.

Bagi Michael, pas de deux (tarian berpasangan) membuat balet semakin menawan.

"Kita memegang seseorang yang memiliki keseimbangannya sendiri. Itu membutuhkan skill dan timing yang tepat. Kalau dia loncat duluan sebelum aku belum dorong, berat juga. Atau kalau kita dorong sebelum dia loncat, berat juga," katanya.

Namun, Michael harus mengakui kebanyakan orang Indonesia masih memandang balet identik dengan perempuan. Mengulum senyum, ia mengakui maklum akan hal ini.

Dan sebisa mungkin ia ingin menunjukkan bahwa laki-laki berbalet bukan lelaki keperempuan-perempuanan.

"Yang penting yourself saja, aku tetep jadi diriku, terserah orang mau bilang apa. Memang orang di Indonesia berpikir itu (penari balet itu identik dengan perempuan), tetapi sebenarnya tidak mesti seperti itu," tutur dia. "Saat masih di sekolah dasar, teman-teman sering bilang, "Kamu ikut balet ya? kayak perempuan."

Tetapi begitu masuk SMA dan kuliah, dia mendapati orang-orangnya sudah berpikiran terbuka.

"Mereka lebih ramah. Aku juga sudah terbiasa, jadi ya sudahlah, never mind," tambah lulusan salah satu perguruan tinggi swasta di Jakarta itu.

Michael memilih terus mengasah keahlian menarinya hingga bisa seperti Daniil Simkin, penari balet laki-laki profesional Rusia yang dikenal mampu melakukan loncatan balet tinggi nyaris sempurna.

Sejak usia 12 tahun, Michael telah memasuki masa pelatihan balet di Marlupi Dance Academy.

Selama itu ia rutin berlatih tiga kali dalam seminggu dua jam per hari.

"Itu saja sebenarnya masih kurang kalau dibandingkan dengan penari di luar negeri, menjadikan balet seperti pendidikan formal. Sekali latihan sekitar 8 jam," kata penyuka tarian hip hop itu.

Perlahan namun pasti, laki-laki bertinggi badan 168 cm dan berat 62 kg itu telah tampil dalam berbagai pertunjukan balet di dalam dan luar negeri.

Ia menjadi penari balet laki-laki pertama asal Indonesia yang diganjar penghargaan dari Royal Capital Academy dan penghargaan "Rad Solo Sewal" di Indonesia.

Berbagai karakter telah ia bawakan. Dari The Beast dalam "The Beauty and the Beast" (2011), the prince dalam "Cinderella" (2012), Prince Florimund dalam "Sleeping Beauty" (2013), sampai The Cavalier dalam Nutcracker (2014).

Menurut Michael, kemauan dan disiplin adalah  kunci penting untuk mahir menari balet.

"Tidak mungkin seminggu latihan seminggu tidak. Ini butuh rutinitas. Berpengaruh ke badan. Kalau badan terlalu di-push (dipaksa) enggak bisa jadi. Step by step (langkah demi langkah)," ungkap dia.

"Sekalipun badan kaku, tetapi kalau mau, pasti bisa. Sejak usia dewasa juga bisa asal mau. Di Indonesia juga ada ballet for adult (balet untuk dewasa). Kita bisa pelan-pelan kalau mau," tambah Michael. 

Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2015