Surabaya (ANTARA News) - Staf Informasi dan Data Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Maritim Tanjung Perak Surabaya Eko Prasetyo mengemukakan berdasarkan pantauan citra satelit abu vulkanik Gunung Barujari (2.376 mdpl) di Pulau Lombok, Nusa Tenggara Barat, mengarah ke selatan.

"Abu vulkanik mengarah ke selatan. Yang cukup terdampak adalah aktivitas penerbangan di Bandara Internasional Lombok (BIL) di Lombok Tengah yang relatif dekat," katanya di Surabaya, Jumat, menanggapi dampak abu vulkanik terhadap aktivitas penerbangan.

Untuk Bandara Blimbingsari di Banyuwangi, Bandara Selaparang di Mataram, dan Bandara Ngurah Rai di Bali yang sebelumnya terdampak, saat ini beroperasi normal.

Gunung Barujari yang merupakan Anak Gunung Rinjani berada di Lombok Timur sehingga cukup dekat dengan posisi BIL yang berada di Lombok Tengah, sedangkan Bandara Selaparang di Mataram, Bandara Ngurah Rai di Bali dan Bandara Blimbingsari di Banyuwangi, Jawa Timur, berada pada arah barat dari Gunung Barujari.

Namun demikian, Eko mengemukakan abu vulkanik tersebut tidak berdampak terhadap terjadinya hujan di sejumlah daerah di Jatim. Hujan yang mengguyur sejumlah daerah di Jatim merupakan fenomena yang biasa terjadi pada musim peralihan.

Berdasarkan prakiraan BMKG sejumlah daerah di Jatim hari ini diguyur hujan sedang hingga lebat yakni Bangkalan, Pamekasan, Sumenep, Bondowoso, Surabaya, Sidoarjo, Lumajang, Banyuwangi, Bojonegoro, Trenggalek, serta Gresik dan sekitarnya.

"Masyarakat tidak perlu panik. Hujan yang sekarang turun merupakan fenomena yang biasa terjadi di musim peralihan dari musim kering (kemarau) ke musim hujan. Fenomena seperti ini akan terjadi hingga masuk musim hujan," katanya menjelaskan.

Menurut dia, daerah-daerah di Jatim baru akan masuk hujan pada akhir November hingga awal Desember, tidak berbarengan, tergantung daerah masing-masing.

Menyinggung gelombang perairan utara dan selatan Jawa, ia mengatakan Laut Jawa dan Samudera Hindia ketinggian gelombangnya 2 meter dan hanya di selatan Pacitan yang mencapai 2,5 meter. Kecepatan angin di perairan tersebut berkisar 40 kilometer/jam hingga 45 kilometer/jam dan cukup kondusif untuk aktivitas nelayan.

Terkait dengan suhu udara yang terik dampak pergerakan semu matahari dari belahan bumi utara ke belahan bumi selatan, kata dia, kini berangsur turun karena adanya akumulasi awan sehingga awan tersebut berpeluang menimbulkan hujan di beberapa wilayah secara acak seperti sudah menguyur Nganjuk, Jombang, Surabaya bagian utara dan sebagian Malang.

Eko juga mengingatkan masyarakat untuk mengantisipasi peluang terjadinya banjir dengan mengontrol saluran-saluran air, termasuk daerah aliran sungai (DAS) Brantas maupun Bengawan Solo, guna memastikan tidak ada yang jebol.

Pewarta: Slamet Hadi Purnomo
Editor: Desy Saputra
Copyright © ANTARA 2015