Yangon, Myanmar (ANTARA News) - Para pemilih Myanmar telah memberikan suaranya pada pemilihan umum yang bersejarah yang dapat mendorong Partai pro-Demokrasi Aung San Suu Kyi untuk menang dan melepaskan negara itu dari kekuasaan militer.

Sebagai pengingat pengaruh Suu Kyi, pemimpin oposisi yang mengenakan kain tradisional dengan hiasan bunga di rambutnya yang merupakan ciri khasnya, itu tampak dikerumuni oleh para wartawan saat memberikan suara di Yangon.

Para pendukungnya memenuhi halaman sekolah yang menjadi lokasi pemungutan suara dan berteriak "menang, menang" saat pemimpin itu berjalan menuju kerumunan.

Partai Liga Nasional untuk Demokrasi (NLD) miliknya percaya bahwa pemilihan yang adil akan mengantarkan dirinya kedalam pemerintahan setelah perjuangan panjang melawan kediktatoran militer.

Tetapi peraih penghargaan Nobel tersebut dilarang dari kepresidenan oleh konstitusi yang disusun oleh militer dan NLD menghadapi tantangan ketika seperempat kursi telah disediakan untuk militer.

Dikenal sebagai "Ibu Suu", dirinya memimpin gerakan demokrasi di negara tersebut dan bertindak sebagai kekuatan yang meningkatkan kehadiran NLD.

"Saya telah memberikan suara saya, tugas saya sudah selesai. Saya memilih tokoh yang inginkan orang untuk memimpin," ujar Myint Aung, 74, di tempat pemilihan Yangon sambil menunjukkan jari kelingkingnya.

Antrian orang-orang yang kebanyakan mengenakan sarung longyi tradisional memenuhi tempat pemilihan sebelum siang hari yang menunjukkan antusiasme masyarakat yang berharap saat ini menjadi pemilihan umum yang paling adil.



Tak ada protes sejauh ini

Negara di Asia Tenggara tersebut dikuasai oleh Junta militer selama lima dasawarsa sebelum beralih pada pemerintah semi-rakyat yang dipimpin oleh seorang mantan jenderal pada 2011.

Perubahan kekuasaan tersebut memberikan reformasi pada Myanmar seperti meringankan ekonomi dan membebaskan orang-orang termasuk para tahanan politik yang dulunya diduga melawan pemerintahan militer.

Sekitar 30 juta orang berhak untuk memberikan suara, namun beberapa dari mereka masih merasa gugup dengan apa yang akan dilakukan pihak militer jika mereka kalah.

Banyak kecurangan yang mewarnai pemilu sebelumnya, namun pejabat pemilihan umum bersikeras bahwa pemungutan suara awal ini berlangsung baik.

"Kami belum menerima protes sejauh ini," ujar Win Naing, seorang pejabat pemilu kepada media.

Pemungutan suara akan ditutup pada siang hari ini namun hasil resmi diperkirakan tidak akan diumumkan hingga paling lambat Senin pagi.



Dilarang dari kepresidenan

Ini menjadi pemilihan umum pertama dimana NLD berpartisipasi sejak 1990, ketika partai itu memperoleh kemenangan mayoritas yang tidak dihiraukan oleh pemerintah militer dan justru menempatkan Suu Kyi selama 20 tahun dalam tahanan rumah.

Suu Kyi yang berusia 70 tahun tersebut tidak diperkenankan untuk menjadi presiden berdasarkan konstitusi yang melarang siapapun yang memiliki anak berkebangsaan asing menjabat posisi utama di pemerintahan, kedua anak Suu Kyi berkebangsaan Inggris.

Tetapi pada Kamis Suu Kyi menyatakan bahwa kemenangan NLD akan membuat dirinya terlihat seperti "diatas presiden", dan memberikan tantangan kepada militer yang selama ini berusaha menghambat karir politiknya.

Dirinya juga menghadapi kecaman internasional karena gagal memberikan suara untuk populasi Muslim yang mengalami perlawanan di negara tersebut, terutama etnis Rohingya.

Ratusan ribu etnis Rohingya tidak diperbolehkan untuk memberikan suara, dan pemilihan tidak dilakukan di beberapa wilayah perbatasan dimana terjadi konflik antara tentara dan etnis pemberontak.

"Saya tidak dapat tidur semalam karena sangat bersemangat," ujar Ohnmar Win(38).

Para pendukung Suu Kyi melihat kemenangan NLD sebagai langkah besar untuk memenuhi takdirnya sebagai pemimpin negara itu.

(Ian/MBR/G003)  

Editor: Desy Saputra
Copyright © ANTARA 2015