Kita sudah mengetuk, tapi pintu belum terbuka,"
Jakarta (ANTARA News) - Pemerintah Indonesia menyatakan siap jika diminta sebagai mediator atau "honest broker" dalam penyelesaian sengketa Laut Tiongkok Selatan (LTS) di antara negara-negara pengklaim, termasuk beberapa negara anggota ASEAN.

Direktur Mitra Wicara dan Kerja Sama Intrakawasan ASEAN Kementerian Luar Negeri Derry Aman mengatakan dalam jumpa pers di kantor Kemlu di Jakarta, Kamis, Indonesia akan siap untuk menjadi mediator dalam sengketa LTS, tetapi untuk berperan sebagai penengah, masing-masing pihak yang berkepentingan harus berinisiatif mengundang.

"Kita sudah mengetuk, tapi pintu belum terbuka," ucapnya.

Maksud pernyataan Derry adalah Indonesia telah menawarkan diri untuk menjadi mediator, baik kepada Tiongkok maupun negara-negara pengklaim di kawasan ASEAN, yakni Filipina, Malaysia, Vietnam, Thailand, Kamboja, Brunei Darussalam, namun belum ada jawaban dari pihak mereka.

Oleh karena itu, dalam Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ASEAN ke-27 di Kuala Lumpur pada 21-22 November 2015, Indonesia akan terus menyerukan semua pihak yang terlibat untuk mengupayakan perdamaian dan kestabilan di wilayah LTS.

"Kita akan terus call on all parties (menyeru semua pihak) untuk tidak melakukan kegiatan yang menimbulkan ketegangan dan menghormati teritori masing-masing," tutur Derry.

Derry menambahkan posisi Indonesia konsisten dan tidak berubah dalam mengutamakan keamanan dan kestabilan di LTS, serta mengupayakan implementasi penuh tata laku (COC) di wilayah tersebut.

"Perlu diingat juga bahwa COC dan deklarasi tata laku (DOC) bukan merupakan instrumen penyelesaian sengketa, namun dalam rangka menjamin freedom of navigation (kebebasan melintas di perairan internasional) dan perdagangan internasional," kata dia.

Sementara itu, untuk menyelesaikan sengketa di wilayah LTS semua negara pengklaim harus duduk bersama membahas penyelesaian terbaik berdasarkan hukum internasional.

Pewarta: A Fitriyanti
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2015