Jayapura (ANTARA News) - World Wide Fund for Nature (WWF) terus berupaya membantu masyarakat Kabupaten Merauke, Papua, khususnya di dua kampung Rawa Biru dan Yaggandur untuk memasarkan hasil penyulingan minyak kayu putih hingga ke luar Papua.

Pimpinan WWF Wilayah Selatan Papua Indonesia, Paschalina CH M Rahawarin, di Jayapura, Jumat, mengemukakan pemasaran minyak kayu putih yang dihasilkan oleh ibu-ibu penyuling selama ini dipasarkan secara lokal di Merauke dan juga dikirim ke luar Merauke.

"Pengiriman minyak kayu putih yang ke luar itu ke Pulau Jawa, seperti dikirim ke Surabaya," katanya.

Dia menyatakan, jika minyak tersebut dijual dalam jumlah besar maka keuntungannya pun besar dan bisa kembali modal, sehingga dapat dikelola lagi untuk masyarakat.

"Sekali pengiririman minimal 200 hingga 300 liter, ya paling sedikit 200 liter itu kami kirim ke Surabaya," ujarnya.

Paschalina menuturkan, pemasaran minyak kayu putih merek Walabi tersebut sudah dilakukan sejak 1995 hingga kini.

"Pemasaran keluar daerah dalam jumlah minimal 200 kg, dikemas dalam jeriken dan peti kayu," ujarnya pula.

Ia menjelaskan, untuk memasarkan minyak kayu putih yang dijual lokal dalam bentuk botol ukuran 120 cc dan 300 cc dengan merek Walabi adalah minyak kayu putih asli (tanpa bahan campuran lain).

Menurut dia, masyarakat yang mengelola minyak tersebut tidak perlu modal banyak untuk membuatnya jika dikerjakan bersama-sama dalam satu keluarga.

"Mereka sekarang memakai sistem membeli daun, satu kilogram daun itu dihargai Rp1.000, sehingga 125 kg mereka perlu dengan sekali menyuling," kata dia lagi.

Sekali menyuling, mereka bisa mendapatkan 2--3 liter, bahkan di wilayah Rawa Biru bisa mencapai 4 liter, karena di Rawa Biru dan Yaggandur merupakan wilayah yang banyak memproduksi minyak kayu putih.

Ia menambahkan, selain WWF, ada beberapa lembaga pendamping yang ikut berperan dalam proses pengembangan kegiatan penyulingan minyak kayu putih di kawasan Taman Nasional Wasur.

Ada tiga tahapan, yaitu dimulai oleh Dinas Perindustrian 1989--1990, kemudian dilanjutkan oleh WWF (1991--1997), dan terakhr didampingi oleh Yayasan Wasur Lestari (YWL) 1997 hingga kini.

Namun hingga kini pendampingan dilaksanakan oleh YWL dengan dukungan dana dari WWF, dan tetap berkoordinasi dengan Balai Taman Nasional Wasur dan Dinas Perindustrian dan Ketenagakerjaan Kabupaten Merauke.

Pewarta: Feronike Rumere
Editor: Desy Saputra
Copyright © ANTARA 2015