Athena (ANTARA News) - Yunani mengatakan paling sedikit seorang pria yang kemungkinan berkaitan dengan serangan teror di Paris terdaftar sebagi pengungsi pemerintah Yunani belum lama tahun ini.

Pihak berwenang Prancis telah meminta Yunani mengecek sidik jari seorang pria yang tewas dalam serangan itu dengan sebuah paspor Suriah berada di samping jenazahnya. Prancis juga tengah menyelidiki sidik jari pria lainnya.

Ini untuk memastikan apakah kedua pria yang sudah tewas itu terdaftar di Yunani yang merupakan pintu masuk awal pengungsi Suriah ke Eropa.

Menteri Yunani untuk perlindungan warga negara, Nikos Toskas, mengakui salah satu dari kedua pria ini memang terdaftar di Pulau Leros, Yunani, Oktober silam.

"Kami memastikan bahwa pemegang paspor Suriah itu datang melalui Pulau Leros pada 3 Oktober di mana dia terdaftar di bawah peraturan Uni Eropa," kata dia.

Polisi Prancis mengatakan paspor itu ditemukan di dekat jenazah salah seorang penyerang, ketika polisi menginvestigasi situs utama pembantaian Jumat malam itu di gedung konser Bataclan di mana 89 orang terbunuh.

Keaslian paspor ini tengah diperiksa, namun penemuan ini menunjukkan ada kaitan Suriah dalam serangan Jumat malam itu yang juga melibatkan tiga pembom bunuh diri di Stade de France dan serangan bersenjata sporadis di restoran-restoran dan kafe-kafe di Paris.

Polisi Yunani tidak menepis kemungkinan paspor Suriah itu telah beralih tangan sebelum Teror Paris terjadi.

Namun polisi Yunani mengatakan bahwa mereka belum mendapatkan kecocokan orang kedua pada jejak aplikasi pengungsi.

Ini bertolak belakang dengan informasi sebelumnya dari sumber polisi Yunani yang menyatakan pria kedua juga terdaftar di Yunani, juga di Pulau Leros, Agustus silam.

Para pejabat keamanan Eropa sudah lama mencurigai bahwa para ekstremis memanfaatkan banjir pengungsi ke Eropa yang sebagian besar berasal dari Suriah, awal tahun ini.

"Jelas kini bahwa bersama dengan para korban fasisme Islam di Timur Tengah yang datang sebagai pengungsi, ada elemen-elemen esktremis yang menyeberang ke Eropa," kata Menteri Pertahanan Yunani Panos Kammenos.

Menteri muda keimigrasian Yunani Yiannis Mouzalas bahkan sudah menyatakan September lalu bahwa bodoh mengabaikan kemungkinan para ekstremis masuk ke Eropa di antara gelombang pengungsi.

Sekitar 800.000 orang telah menyeberang Laut Tengah menuju Eropa tahun ini, di mana 3.400 orang di antaranya meninggal dunia di perjalanan, demikian AFP.

Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2015