Paris (ANTARA News) - Pesawat tempur Prancis menyerang markas kelompok militan di Suriah pada Minggu sebagai balasan dari serangan yang dilancarkan oleh para militan yang menewaskan 129 orang di Paris.

Menurut AFP, saat negara itu bersiap untuk mengenang para korban dengan mengheningkan cipta selama satu menit, Minggu, kepolisian Prancis mengeluarkan sebuah foto tersangka yang juga merupakan buronan di Belgia, lokasi rencana serangan itu diduga disusun.

Dalam serangan pertama sejak pembunuhan massal Jumat lalu yang membunuh setidaknya 129 orang dan menyebabkan 350 orang luka-luka, Prancis menggunakan pesawat tempurnya untuk mengebom target kelompok milisi di Raqa, ibu kota de fakto" para milisi di Suriah.

Serangan tersebut menghancurkan pos komando kelompok milisi, pusat perekrutan milisi, sebuah gudang amunisi dan sebuah kamp pelatihan "teroris", ujar kementerian pertahanan.

Operasi tersebut dilaksanakan dengan berkoordinasi dengan pasukan Amerika Serikat menggunakan lusinan pesawat yang lepas landas dari Jordania dan Uni Emirat Arab.

Presiden Francois Hollande telah mengutuk serangan di Paris tersebut, yang merupakan serangan terburuk dalam sejarah Prancis dan sebagai sebuah aksi perang. Ia berjanji akan membalas Kelompok milisi tersebut tanpa ampun.



Tersangka berbahaya

Kepolisian Perancis mengatakan mereka mencari seorang tersangka berbahaya bernama Salah Abdeslam yang berusia 26 tahun, yang disebut sebagai salah satu dari tiga bersaudara yang terkait pembunuhan masal tersebut.

Ia diyakini sedang melarikan diri atau sebagai salah satu penembak yang terbunuh pada serangan tersebut, ujar sumber keamanan. Ia tinggal di wilayah imigran Molembeek di Brussels, lokasi kepolisian Belgia mengadakan beberapa penangkapan terkait serangan di Paris.

"Kami bertekad untuk bertindak bersama, untuk menghancurkan jaringan milisi," ujar Menteri Dalam Negeri Perancis Bernard Cazeneuve.

Para jaksa mengatakan mereka percaya tiga kelompok penyerang terlibat dalam pembunuhan tersebut, dan mereka tidak menutup kemungkinan bahwa salah satu atau lebih pelaku merupakan tokoh penting.

Ketika malam tiba di ibu kota Perancis yang sedang gelisah, kerumunan massa yang terpukul oleh kejadian tersebut berkumpul di Katedral Notre-Dame untuk berkabung.



Prancis berkabung

Prancis akan menginstruksikan mengheningkan cipta selama satu menit pada Senin siang (18.00 WIB), yang Uni Eropa menginginkan seluruh negara anggotanya untuk menghormati keputusan tersebut. Di Amerika Serikat, mereka mengibarkan bendera setengah tiang di Gedung Putih dan beberapa bangunan kenegaraan lainnya hingga Kamis.

Hollande akan memimpin mengheningkan cipta di Universitas Sorbonne sebagai penghormatan atas banyaknya korban anak muda, saat Paris berusaha untuk bangkit dari kekejaman yang terjadi sepuluh bulan setelah penyerangan di redaksi Charlie Hebdo dan sebuah supermarket Yahudi.

Sebagai bentuk solidaritas, beberapa negara menyampaikan belasungkawa seperti di Roma yang memadamkan lampu Air mancur Trevi dan Colosseum pada Minggu malam. Dan Piramida Mesir diwarnai dengan warna Prancis, Lebanon dan Rusia sebagai bentuk belasungkawa terhadap korban Paris, pengeboman di Beirut dan kecelakaan pesawat Rusia.

Pihak berwenang Prancis sejauh ini telah berhasil mengidentifikasu lebih dari 100 korban yang meninggal, termasuk diantaranya adalah para jurnalis, pengacara, pelajar, orang tua dan anak-anak, serta lebih dari 25 diantaranya merupakan warga negara asing.



Hubungan dengan Belgia

Masih belum dapat diketahui apakah ketiga pelaku bom bunuh diri merupakan warga negara Prancis, dua diantaranya tinggal di ibu kota Belgia, Brussels.

Dalam meningkatnya hubungan Belgia dengan serangan tersebut, tim penyelidik mengatakan kedua mobil yang digunakan dalam serangan tersebut disewa oleh para milisi.

Satu telah ditemukan dekat gedung Bataclan dan satunya di wilayah Montreuil, dengan sejumlah senapan AK47 didalamnya. Para saksi mengatakan bahwa mobil kedua, sebuah Seat hitam, digunakan oleh para penyerang yang menembaki pengunjung bar dan restoran di wilayah St Martin, Paris.

Para pemimpin dunia mengadakan pertemuan G20 di Turki yang dijaga ketat untuk membahas mengenai terorisme.

(Ian/KR-MBR/G003)

Editor: Unggul Tri Ratomo
Copyright © ANTARA 2015