Brussel (ANTARA News) - Para pemimpin Uni Eropa (EU) pada pertemuan puncak, Minggu, akan menawarkan kepada Turki dana tunai serta dukungan menjadi anggota kelompok itu sebagai imbalan atas kerja sama yang diberikan Turki dalam krisis migran.

Namun, para pejabat memperingatkan bahwa kesepakatan akhir akan diwarnai dengan perundingan "alot", lapor AFP.

Uni Eropa diperkirakan akan menyetujui paket bantuan senilai tiga miliar euro (Rp43,9 triliun) bagi Turki guna membantu negara itu menghentikan aliran pengungsi ke Eropa dari konflik di Suriah. Sebanya 2,2 juta pengungsi Suriah saat ini berada di Turki.

Perdana Menteri Ahmet Davutoglu juga diperkirakan akan mencapai kesepakatan untuk membuka babak baru perundingan, yang sebelumnya terhenti, soal penerimaan Turki sebagai anggota Uni Eropa pada Desember.

Namun, kedua belah pihak tampaknya sama-sama akan mengajukan syarat.

Penembakan sebuah pesawat jet Rusia oleh Turki di perbatasan Suriah pada Selasa juga akan menambah ketegangan terhadap hubungan rumit Brussel dengan Ankara.

"Pertemuan ini akan memberikan momentum pada hubungan (EU dan Turki, red). (Pertemuan puncak) memiliki begitu banyak aspek penting karena ini adalah yang pertama kalinya diselenggarakan antara EU dan Turki dalam 11 tahun terakhir," kata Davutoglu kepada para wartawan di bandar udara Ankara ketika ia akan berangkat menuju Brussel.

"Sudah diputuskan bahwa Turki jangan sampai menanggung masalah migran ini sendirian. Rencana aksi bersama sudah disepakati."

Davutoglu, yang akan melakukan pertemuan dengan Sekretaris Jenderal NATO Jens Stoltenberg pada Senin, meminta para pemimpin Eropa untuk mendukung Turki dalam perseteruannya dengan Rusia.

Rusia telah menjatuhkan sanksi terhadap Turki terkait insiden pesawatnya yang ditembak jatuh.

"Menurut saya, adanya pandangan bersama Turki dan EU akan memberikan arti bagi perdamaian dunia," tambahnya.

Sudah sekitar 850.000 warga Suriah, yang dipicu karena perang, memasuki Uni Eropa tahun ini dan lebih dari 3.500 di antaranya tewas atau hilang dalam krisis pengungsi terburuk yang pernah dihadapi Eropa sejak Perang Dunia II itu.

Turki merupakan gerbang utama bagi para migran dan pengungsi untuk mencapai Eropa.

Jerman adalah pihak yang mendorong terselenggaranya pertemuan puncak karena negara itu menjadi tujuan utama bagi sebagian besar migran yang tiba di wilayah Eropa.
(Uu.T008)

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2015