Paris (ANTARA News) - Negosiasi hingga hari ke-5 di Konferensi Tingkat Tinggi Perubahan Iklim (COP) 21 Paris, Prancis, memasuki tahap awal yang akan mempersiapkan dokumen kesepakatan untuk level menteri.

"Sekarang masih awal, nanti tanggal 6 Desember baru menteri. Negosiasi sekarang ini dilakukan untuk menjadi dokumen yang disiapkan untuk diputuskan pada tingkat menteri," kata Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Siti Nurbaya usai melakukan rapat koordinasi di Sekretariat Delegasi Indonesia arena COP 21, Paris, Prancis, Rabu.

Perudingan awal ini, menurut dia, dilakukan di 32 ruang berbeda, dimulai sejak pagi hingga malam.

Ia mengatakan telah mengingatkan ketua subtim delegasi untuk selalu "binding" dengan negara lain.

"Kita harus memperhatikan juga negara-negara berkembang lain, kalau perlu mencari teman, berjuang bersama, karena kalau bicara Indonesia kita tidak pernah sendiri tetapi berjuang bersama dengan negara lain (di COP)," katanya.

Utusan Khusus Presiden untuk Pengendalian Perubahan Iklim Rachmat Witoelar mengatakan saat ini perundingan masih dalam tahap pemanasan, dan baru dalam dua hingga tiga hari perundingan akan terlihat kemungkinan perbedaan yang muncul terutama di antara negara maju dan berkembang.

"Kesan saya semuanya mulai mendekat, sekarang konvergen, kalau dulu divergen. Kesimpulan pribadi saya bahwa perhatian politik nasionalis mulai mengendor dibanding kebutuhan internasional untuk mencapai kesepakatan perubahan iklim terkait penurunan emisi," ujar dia.

Rachmat mengingatkan bahwa kesepakatan untuk menekan emisi dan menahan peningkatan suhu dua derajat celsius bisa tersendat, dan akhirnya semua harus kecewa.

"Perubahan iklim itu terjadi, peningkatan muka air laut bisa sangat mengancam. Silakan saja kalau mereka (Amerika Serikat) mau kehilangan Manhattan," katanya.

Sejauh ini, ia mengatakan sikap negara-negara G-77 dan Tiongkok masih memiliki kesepakatan sama terkait dana kompensasi perubahan iklim dari negara maju ke negara berkembang.

"Pertemuan awal sudah dilakukan di 27--28 November lalu, dan semua masih tetap sepakat," kata Rachmat.

Pewarta: Virna P Setyorini
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2015