... cuma mau tahu siapa sebenarnya yang salah di antara Pak Novanto dan Pak Said...
Jakarta (ANTARA News) - Pengamat Politik Univesitas Negeri Jakarta, Ubedilah Badrun, berharap hasil putusan sidang terbuka MKD bukan berdasarkan tekanan publik melainkan hasil musyawarah yang obyektif dan independen.

"Harapannya keputusan sidang terbuka itu tidak berdasarkan tekanan publik tetapi lebih karena hasil musyawarah MKD secara obyektif dan independen. Berbahaya jika keputusan Majelis Kehormatan Dewan berdasarkan tekanan publik," kata Badrun, di Jakarta, Rabu.

Lebih lanjut, dia berpendapat sebaiknya sidang MKD dilakukan secara tertutup karena menyangkut etika seseorang.

Baca juga : Akhirnya sidang perdana MKD berlangsung terbuka

Sidang Mahkamah Kehormatan DPR dibuka siang tadi di Gedung Parlemen, Jakarta, dan dinyatakan terbuka untuk publik. Menteri ESDM, Sudirman Said, hadir dan menyatakan beberapa hal, di antaranya tidak pernah memberi ijin pembuangan limbah kepada PT Freeport Indonesia. 

"Namun boleh saja digelar terbuka jika para pihak dan majelis melalui mekanisme musyawarah menghendaki sidang secara terbuka," kata Badrun.

Dia yakin dalam sidang terbuka ini masyarakat Indonesia sangat menantikan kejujuran para pemimpin negara.

"Dalam konteks sidang MKD, secara umum rakyat menginginkan kejujuran mereka para anggota MKD," katanya.

"Setya Novanto dan Sudirman Said juga harus jujur. Dalam proses persidangan Setya Novanto juga, rakyat berharap utamakan kepentingan nasional jangan mengutamakan kepentingan asing atau partainya dan rakyat juga cenderung tidak suka kegaduhan," kata dia.

Sependapat dengan dia, warga yang sedang menyimak sidang MKD di saluran televisi swasta mengatakan yang diharapkan dari sidang terbuka MKD adalah kejujuran dari Novanto dan Said.

"Semoga cepat kelar ini kasusnya. Saya cuma mau tahu siapa sebenarnya yang salah di antara Pak Novanto dan Pak Said," kata Zulafrian seorang pegawai perusahaan pengiriman barang saat ditemui di rumah makan di Jakarta Pusat.

Pewarta: Alviansyah Pasaribu
Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2015