Batam (ANTARA News) - Perusahaan asal Tiongkok, Nanshan Alumunium akan membangun kompleks pengolahan bauksit di Pulau Bintan Provinsi Kepulauan Riau dengan nilai investasi 2 miliar dolar AS.

"Januari 2016 akan dilakukan ground breaking," kata Penjabat Gubernur Kepulauan Riau Agung Mulyana di Batam, Kepri, Kamis.

Gubernur mengatakan kesepakatan kerja sama investasi di Bintan itu dilakukan di Tiongkok, dan ia ikut menyaksikan penandatangannya.

Dalam kompleks itu, nantinya akan dibangun empat pabrik untuk mengolah bauksit menjadi alumina bubuk logam, ingot, aluminium profile, plat pipih sampai alumunium fil dan dindin alumunium.

Tidak hanya pabrik, perusahaan asal Tiongkok juga turut membangun infrastruktur yang dibutuhkan untuk mendukung smelter bauksit hingga menjadi alumunium barang jadi.

"Itu sudah disepakati, kami bikin kompleks industri seperti itu di Bintan bagian timur, lokasinya sudah disetujui," kata dia.

"Luas lahannya 2.000 ha, akan dibangun mulai dari smelter sampai menjadi alumina, ingot dan alumunium batangan. Sampai jadi sendok garpu," kata dia.

Ia mengatakan, industri alumunium membutuhkan banyak air, sehingga perusahaan akan membangun waduk khusus untuk memenuhi kebutuhan industri.

Perusahaan juga membangun pembangkit listrik tersendiri yang mampu menghasilkan daya 2.800 mega watt.

"Itu tidak hanya untuk industri saja. Untuk listrik kebutuhan mereka 2.500 mega watt. Sisa 300 mega watt bisa untuk masyarakat, berlimpah ruah nanti listrik di Bintan," kata pria yang juga menjabat Dirjen di Kementerian Dalam Negeri itu.

Bahan baku bauksit akan didatangkan dari Kalimantan Barat, karena hasil tambang bauksit di Kepri sudah mulai menipis.

Ia memperkirakan, kompleks itu nantinya akan menyerap sekira 1.500 hingga 2.000 orang tenaga kerja asing, serta 7.000 hingga 9.000 orang tenaga kerja lokal.

Banyaknya daya serap tenaga kerja diharapkan mampu menekan angka pengangguran di Kepri.

Pewarta: Jannatun Naim
Editor: Unggul Tri Ratomo
Copyright © ANTARA 2015