... hanya sedikit perempuan Indonesia yang memilih berkarir di bidang penelitian...
Jakarta (ANTARA News) - Empat perempuan peneliti Indonesia dianugerahi penghargaan dan dukungan penelitian oleh L'Oreal Indonesia dan Komisi Nasional Indonesia buntuk UNESCO. Ini bentuk penghargaan mereka atas capaian dan eksistensi perempuan berprestasi Indonesia itu. 

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dalam L'Oreal UNESCO for Women in Science (FWIS) ke-12 di Kantor Kementeriam Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, di Jakarta, Kamis, meluncurkan penghargaan itu. 

"Saya harap para peneliti perempuan bisa menyebarkan pengalaman sebagai peneliti dan bisa menginspirasi para pemuda Indonesia. Saya juga berharap para peneliti bisa lebih banyak mengambil peran di bidang sains karena di sana potensinya besar," kata Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Anies Baswedan. 

"Selamat pada keempat penerima, serta pada para fellows terdahulu mengingat berkat kiprah saudara maka komunitas ini bisa terbangun dan berkembang," kata Baswedan. 

Keempat peneliti perempuan yang akan mendapat dukungan dana Rp80 juta, antara lain Sastia Prama Putri PhD dari Universitas Osaka, Dr rer nat Alucia Anita Artarini dari ITB, Dr Anawati MSc (MA) dari Universitas Teknologi Sumbawa, dan Kiky Corneliasari (MA) dari LIPI.

Sejak 2004, L'Oreal Indonesia dan Komisi Nasional Indonesia untuk UNESCO telah memberi dukungan pada para peneliti perempuan.

"Sebagai perusahaan yang berakar di bidang sains, kami melihat masih banyak stigma yang melekat pada perempuan untuk memilih karir di bidang sains," kata Vismay Sharma, Presiden Direktur PT L'Oreal Indonesia.

Walaupun sudah banyak perempuan Indonesia yang menempuh pendidikan lanjut di universitas, kata dia, namun hanya sedikit perempuan Indonesia yang memilih berkarir di bidang penelitian. 

Hal ini disebabkan stereotip yang dilihat remaja mengenai tanggung jawab hidup berkeluarga. Survei opini pada 2015 menunjukkan 67 persen orang Eropa berpikir perempuan tidak memiliki keahlian cukup untuk menjadi peneliti ulung. Remaja perempuan adalah korban kondisi ini.

Untuk itu, selain memberi dukungan penelitian bagi peneliti perempuan Indonesia, diluncurkan pula kampanye #ChangeTheNumbers untuk meningkatkan jumlah peneliti perempuan di Tanah Air.  

Ada 239.339 mahasiswi yang meraih gelar S1 dan 18.560 mahasiswi meraih gelar S2 pada 2014. Namun hanya 516 mahasiswi yang menempuh gelar doktoral, artinya hanya ada 0,2 persen mahasiswi S1 yang meneruskan ke jenjang lebih tinggi pada 2014.

Salah satu penerima penghargaan, Putri mengatakan mengapresiasi dukungan dana yang diberikan pada dirinya. Kelak, dana tersebut akan digunakannya untuk meluaskan penelitiannya.

"Dana itu nantinya akan saya gunakan untuk memvalidasi metode yang saya temukan itu juga bisa diaplikasikan pada seluruh jenis kopi lain untuk menjaga mutu dan kualitas mutu kopi asli Indonesia," kata dia.

Putri yang terinspirasi menjadi ilmuwan berkat dorongan sang ayah itu mengajukan proposal penelitian berjudul "Establishment of quality evaluation standard and authentication method of Kopi Luwak and various Indonesian specialty coffees by gas chromatography-based metabolomics".

"Intinya temuan saya itu akan menjadi standar bagi Indonesia menentukan mana kopi luwak asli dan mana yang bukan dengan mengenali marker khusus yang dihasilkan enzim pencernaan luwak," katanya.

Pewarta: Ida Nurcahyani
Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2015