Jakarta (ANTARA News) - Jumlah peneliti perempuan di Indonesia dinilai masih sangat kalah jumlah dibanding peneliti pria, hanya sekitar 31 persen dibanding peneliti pria.

"Jumlah peneliti kita relatif sedikit, hanya 22.950-an artinya hanya 90 peneliti untuk satu juta penduduk, proporsi peneliti perempuan sangat rendah yakni cuma 31 persen," kata Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Anies Baswedan di Jakarta pada Kamis.

Meski jumlah peneliti perempuan masih di atas rata-rata dunia yakni 28 persen, Anies mengatakan angka peneliti perempuan harus lebih besar dari itu.

"Ini menunjukkan stereotype pemilihan karir, karena perempuan yang mengambil doktoral pun tampaknya banyak yang memilih untuk tidak jadi peneliti. Peneliti perempuan cenderung memilih bekerja di institusi akademik atau pemerintahan sementara kalau laki-laki memilih bekerja di sektor swasta," katanya.

Anies berharap para peneliti bisa bekerja di sektor swasta yang menyediakan potensi pengembangan yang besar. "Bangsa yang maju adalah bangsa yang bisa meraih kesejahteraan dengan memberi perhatian yang cukup pada bidang penelitian dan pendidikan, maka kita harus memajukan dan mendukung para peneliti Indonesia."

Sementara itu, berdasarkan survei opini yang dilakukan oleh L'Oreal Foundation pada 2015 di Eropa, sebanyak 67 persen orang menilai perempuan tidak memiliki keahlian yang cukup untuk menjadi seorang peneliti ulung. Akibatnya, sains dipandang sebagai sesuatu yang tidak menarik dan jumlah peneliti
perempuan pun semakin sedikit. 7 persen perempuan lulusan S1 yang meneruskan jenjang S2, dan hanya 3 persen lulusan S2 yang menempuh program doktoral.
Pada 2014 saja, hanya ada 239.339 mahasiswi yang meraih gelar S1 dan 18.560 mahasiswi yang meraih gelar S2 di tahun 2014. Dari angka itu, hanya 516 mahasiswi yang tergerak untuk menempuh gelar doktoral. Artinya hanya ada 0,2 persen mahasiswi S2 yang melanjutkan ke jenjang berikutnya.

Salah satu peneliti perempuan dari Institut Teknologi Bandung (ITB) yang juga peneliti dari Osaka University Sastia Prama Putri mengatakan sebenarnya menjadi peneliti perempuan tidaklah sesulit yang dibayangkan orang.

"Science is fun. Dengan menjadi peneliti, saya bisa keliling dunia dan memecahkan pertanyaan-pertanyaan yang menimbulkan rasa penasaran saya adalah hal-hal yang menarik dari menjadi seorang peneliti," kata Sastia.

Pewarta: Ida Nurcahyani
Editor: Desy Saputra
Copyright © ANTARA 2015