Tidak ada (pihak asing) yang boleh masuk Zona Ekonomi Eksklusif kita
Jakarta (ANTARA News) - Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti tidak ingin kondisi perairan Republik Indonesia menjadi seperti kawasan laut di benua Afrika yang terbagi-bagi atas konsesi asing.

"Saya tidak ingin laut Indonesia seperti Afrika yang konsesinya dimiliki asing," kata Susi dalam seminar kelautan yang digelar Ikatan Sarjana Kelautan Indonesia (Iskindo) di Jakarta, Jumat.

Menurut dia, konsesi laut di sejumlah lokasi di Afrika terbuka sehingga sejumlah pihak termasuk dari Eropa menjadi pihak yang memegang konsesi atas kawasan lautan itu.

Keadaan itu membuat pihak di luar Afrika leluasa mengeksplorasi dan menjarah sumber daya kelautan dan perikanan serta tidak berdampak kepada peningkatan kesejahteraan seluruh masyarakat di sana.

"Tidak ada (pihak asing) yang boleh masuk Zona Ekonomi Eksklusif kita," kata Susi.

Susi tidak ingin warga Indonesia hanya dapat melihat kapal besar asing membawa kekayaan sumber daya alam dari perairan Indonesia.

Susi kemudian menyatakan bakal mendata titik-titik pencemaran di sejumlah perairan Indonesia untuk dapat menyehatkan kondisi lautan di Tanah Air.

"Kami akan meminta data, titik perairan Indonesia yang banyak mengandung material sampah," kata Susi.

Susi akan meminta bantuan ke beberapa negara yang memiliki satelit seperti Norwegia untuk mengumpulkan data itu.

Selain itu, lanjutnya, meski tidak memiliki satelit, tetapi Indonesia juga berkomitmen dengan mengerahkan Satgas Illegal Fishing untuk menelusuri perairan.

"Walaupun tidak ada satelit, kita harus komitmen, kita sudah punya satgas, kita akan kerahkan mereka," ujar dia.

Menteri Kelautan dan Perikanan juga menegaskan bahwa prilaku membuang sampah ke laut, termasuk sampah plastik, adalah ilegal.

Susi mengungkapkan akan melakukan kategorisasi jenis sampah perusak perairan Indonesia yang mengakibatkan rusaknya ekosistem dan populasi ikan di sejumlah lokasi lautan Indonesia.

Pewarta: Muhammad Razi Rahman
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2015