"Jiwanya tersiksa dan dia membutuhkan pengakuan.."

Film "At the Heart of the Sea" awalnya menuturkan tentang seorang penulis muda Herman Melville (Ben Whishaw) yang berupaya menemui seorang pelaut tua Thomas Nickerson (Brendan Gleeson).

Herman Melville yang sedang berupaya mengumpulkan beragam bahan untuk menuliskan kisah tentang pemburuan paus raksasa, diundang oleh istri Thomas, Mrs Nickerson (Michelle Fairley).

Mrs Nickerson khawatir melihat suaminya yang selalu murung dan mengetahui bahwa ada kisah yang disembunyikan yang tak pernah diungkapkan, sehingga dia ingin Melville membuat suaminya berbicara mengenai apa yang sedang diresahkannya.

Melville mengetahui dari kasak-kusuk bahwa Thomas Nickerson merupakan salah satu awak dari Essex, sebuah kapal pemburu ikan paus yang menurut penyelidikan resmi karam karena terbentur batu karang di lautan, tetapi rumor menyebutkan bahwa Essex tenggelam karena terjangan seekor paus yang berukuran maha besar.

Setelah dibujuk oleh sang istri, akhirnya Thomas Nickerson mau menceritakan kisahnya sebagai awak termuda (usianya baru 14 tahun) di kapal Essex yang nahas itu.

Kapal Essex, yang mulai berlayar dari kota pelabuhan Nantucket di daerah Boston, Amerika Serikat, pada tahun 1819, dikomandoi oleh Kapten George Pollard (Benjamin Walker), dan Kelasi Utama Owen Chase (Chris Hemsworth).

Pada awal abad ke-19, eksplorasi minyak bumi di daratan masih belum dikenal luas umat manusia sehingga masyarakat mencari sumber minyak di berbagai tempat lainnya termasuk mengambilnya dari tubuh hewan ikan paus di lautan.

Chase dijanjikan pihak perusahaan pemilik kapal akan mendapatkan jabatan sebagai kapten pada ekspedisi berikutnya bila dia berhasil mengisi penuh setidaknya 2.000 tong dengan minyak paus.

Diiming-imingi jabatan kapten dan bayaran besar, maka Chase rela hanya menjadi Kelasi Utama (dan bukannya kapten) agar bisa meningkatkan kesejahteraan istrinya yang sedang mengandung.

Sejak awal pelayaran, kapal Essex yang terdiri atas 21 awak (termasuk sang awak termuda, Thomas Nickerson), Chase telah memperlihatkan diri sebagai seorang pelaut yang andal, mulai dari membereskan layar utama yang belum berkembang saat berlayar, hingga melatih anak buahnya untuk memburu ikan paus di lautan.

Sedangkan Kapten Pollard, yang sebelum pelayaran dinasehati ayahnya agar menjadi kapten yang disegani dan bukannya menjadi sahabat bagi anak buahnya, membawa kapal Essex ke dalam badai untuk menguji ketangguhan para pelaut yang dikomandoinya.

Saat berlabuh di pantai Amerika Selatan, Pollard bersama-sama dengan Chase dan Joy mendapatkan info dari pelaut lokal bahwa ada lokasi di lautan Pasifik yang berisi banyak sekali paus.

Namun, di antara ratusan paus itu terdapat seekor paus raksasa dengan kulit seputih pualam yang dapat menghantam kapal dengan ukuran apa saja, dan bisa membuat kapal itu juga tenggelam.

Karena tidak percaya akan adanya mahkluk paus raksasa serta keinginan untuk mendapatkan minyak paus sebanyak-banyaknya dan dalam jangka waktu yang singkat, Essex menuju lokasi tersebut.

Nafsu untuk mendapatkan keinginan membuat Essex dan para awaknya mengalami peristiwa yang bahkan  Thomas Nickerson tidak bisa mengungkapkannya.

Herman Melville sendiri, yang akhirnya berhasil menjadi tempat pengungkapan siksaan batin yang selama ini dipendam Nickerson, juga mendapatkan manfaatnya tersendiri dari percakapan itu.

Melville akhirnya bisa mendapatkan bahan materi yang luas dan mendalam mengenai kisah tentang perburuan ikan paus yang selama ini sedang ditulisnya.

Kisah yang akan dituliskan oleh Melville itu saat ini dikenal sebagai buku berjudul "Moby Dick", cerita petualangan yang mendapatkan tempat terhormat dalam karya sastra klasik Amerika Serikat.

Film "At the Heart of the Sea" yang berdurasi 122 menit itu dapat dikategorikan sebagai film genre "survivor" atau penyintas sekelompok orang dalam menghadapi petaka, seperti dalam film ini mengisahkan sekelompok pelaut yang terdampar berhari-hari di lautan karena paus raksasa yang menabrak kapal mereka.

Di tahun 2015 ini, film sejenis itu antara lain adalah "Everest" yang mengisahkan sekelompok orang yang bertahan hidup setelah diterjang badai es di gunung tertinggi di dunia, Mount Everest, yang berketinggian 8.848 meter itu.

Namun bila dalam film "Everest" perjuangan dalam bertahan hidup mendapatkan porsi yang besar, tetapi di film "At the Heart of the Sea" sepertinya porsi bertahan hidup yang ditunjukkan bukanlah menjadi elemen dominan.

Film "At the Heart of the Sea" lebih menunjukkan pendekatan yang eklektik atau campuran dengan menunjukkan banyak aksi seperti saat sang pelaut dalam kapal Essex dalam menghadapi badai di lautan.

Selain itu, unsur kanibalisme dalam film tersebut, yang sebenarnya bisa digarap dengan lebih mendalam, diputuskan untuk hanya ditunjukkan secara sebentar, mungkin agar film ini juga dapat lebih ramah ditonton oleh seluruh keluarga.

Film yang disutradai oleh sutradara kawakan Ron Howard itu juga dapat disebut sebagai film historis karena diangkat berdasarkan kisah nyata.

Baik itu kapal Essex, maupun tokoh lainnya seperti Kapten Pollard, Kelasi Utama Chase, Kelasi Kedua Joy, Thomas Nickerson, dan penulis Herman Melville merupakan sosok nyata yang hidup di Amerika Serikat pada abad ke-18.

Sedangkan dalam segi filosofis, film tersebut juga menyentakkan penonton mengenai arogansi dan ketamakan yang ada dalam diri manusia, yang ditampilkan dalam diri pelaut yang tega membunuh paus hanya untuk mendapatkan minyak dari dalam tubuh ikan tersebut.

Pada saat ini, perburuan paus sebenarnya menjadi hal yang kontroversial dan kerap dikritik oleh para aktivis lingkungan hidup dan pecinta binatang di berbagai tempat.

Karena itu, umat manusia yang merupakan spesies dengan IQ tertinggi di planet ini harusnya menyadari bagaimana untuk tidak menjadi seperti segerombolan mahkluk diktator yang membuat kerusakan di muka bumi.

Film tersebut juga mengajarkan bahwa manusia harus dapat bijak dalam memanfaatkan sumber daya dalam planet indah yang telah dianugerahi oleh Tuhan.

(T.M040/B/M026/M026)

Pewarta: Muhammad Razi Rahman
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2015