... latihannya simpel, hanya tiga pukulan. Setiap minggu latihan tiga jam. Betapa bosannya. Tetapi, jenuh, bosan, enggak bisa-bisa hingga akhirnya bisa. Semangat itu yang aku bawa ke film...
Jakarta (ANTARA News) - Belakangan ini, nama sutradara Livi Zheng cukup ramai dibicarakan media, salah satunya karena kesuksesan Zheng membawa film karyanya, Brush With Danger, ke kancah perfilman Hollywood. 

Bagi Zheng, tak mudah mencapai kesuksesan ini. Sebelumnya, ia harus menelan pil pahit bahwa naskah film karyanya harus ditolak sebanyak 32 kali. Lalu, apa kiat peraih penghargaan Diaspora Creative Award itu, hingga akhirnya berhasil menembus perfilman Hollywood? 

Pertama, konsisten dan terus mencoba. Zheng masih ingat betul rasa bosan yang melanda kala harus berlatih kendo tiga jam sehari. 

Namun, rasa jenuh dan bosan yang ia rasakan sewaktu itu justru menjadi semangat untuk terus mencoba memperkenalkan naskah filmnya, walau harus menuai kegagalan puluhan kali. 

"Waktu kecil sempat latihan kendo. Sebenarnya latihannya simpel, hanya tiga pukulan. Setiap minggu latihan tiga jam. Betapa bosannya. Tetapi, jenuh, bosan, enggak bisa-bisa hingga akhirnya bisa. Semangat itu yang aku bawa ke film," tutur Zheng, di Jakarta, Kamis. 

"Ditolak berkali-kali memang lebih sakit dari berlatih kendo," tambah dia seraya tersenyum. Sembari terus mencoba, dia juga menanamkan keyakinan dalam dirinya, bahwa sukses itu akan hadir. 

Zheng pun tak lupa nasihat orang tuanya untuk konsisten menekuni sesuatu hingga sukses. "Saya yakin pada cita-cita saya. Orang tua memberi kebebasan untuk memilih bidang apapun. Tetapi kalau sudah memilih satu bidang, harus menekuninya hingga sukses," kata dia. 

Selain itu, kata Zheng, tidak membandingkan tujuan hidup (goal) pribadi dengan orang lain. 

"Jangan membandingkan goal kita sama orang lain. Kita harus buat goal sesuai kapasitas kita, sesuai kekurangan dan kelebihan kita. Kalau kita bandingkan goal sama orang lain, akhirnya banyak waktu yang terbuang," kata perempuan yang menjadikan aktor Bruce Lee sebagai inspirasinya itu.

Pewarta: Lia Santosa
Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2015