Yogyakarta (ANTARA News) - Kapten Penerbang Dwi Cahyadi yang meninggal dunia saat melakukan "aerobatic show" dengan pesawat T-50i Golden Eagle pada Gebyar Dirgantara Yogyakarta pada Minggu (20/12) dimakamkan di TMP Kusumanegara Yogyakarta, Senin.

Prosesi pemakaman dilakukan secara militer yang dipimpin langsung oleh Komandan Lanud Adi Sutjipto Yogyakarta Marsekal Pertama Imran Baidirus sekitar pukul 11.00 WIB.

Imran mengatakan Kapten Penerbang Dwi Cahyadi adalah putra terbaik TNI Angkatan Udara karena selama bertugas selalu menunjukkan dedikasi yang tinggi serta tidak mengenal lelah saat menunaikan tugas dan tanggung jawabnya.

"Kami semua merasa kehilangan, namun Tuhan berkehendak lain sehingga kami harus menerima kenyataan. Kami berharap, keluarga yang ditinggalkan tetap tabah. Ini adalah rencana terbaik dari Tuhan," katanya.

Dwi Cahyadi lahir di Sleman, 8 Juli 1984, dan masuk sebagai taruna Akademi Angkatan Udara pada 2005. Kapten Penerbang Dwi Cahyadi kemudian bertugas di Lanud Iswahyudi Madiun.

Almarhum meninggalkan seorang istri dan dua anak yang masih berusi balita, lima dan tiga tahun.

Dalam prosesi pemakaman tersebut, istri dan anak-anaknya serta orang tua Kapten Penerbang Dwi Cahyadi mengikuti seluruh prosesi hingga akhir meskipun sang istri sempat pingsan usai berdoa di pusara makam suaminya.

Sementara itu, ibu dari Kapten Penerbang Dwi Cahyadi, Bonirah mengatakan putranya termasuk anak yang penurut dan sangat berbakti kepada orang tua.

"Ia memiliki keinginan untuk bisa bertugas mengabdi pada nusa dan bangsa, namun ternyata mendapat musibah seperti ini sehingga kami hanya bisa berdoa agar ia mendapat tempat yang baik di sisi-Nya," katanya.

Bonirah mengatakan, pada Sabtu (19/12), Cahyo sempat mengajak ayah dan ibunya naik pesawat "joy flight", namun hanya ayahnya yang naik.

Pada Minggu (20/12), Cahyo kembali mengajak ayah dan ibunya untuk menyaksikannya beraksi di udara menggunakan jet tempur T50i. Namun, karena harus melayat, ibunya tidak bisa datang pada pukul 09.00 WIB sesuai jadwal terbang Cahyo.

"Namun, baru di perjalanan kami melihat kepulan asap. Kami kemudian bertanya ke pos dan mengetahui kepulan asap itu dari pesawat yang jatuh," katanya.

Selain keluarga, kepergian Cahyadi juga menyisakan kesedihan di antara teman-temannya, salah satunya Kapten Penerbang Antonius.

"Ia adalah sosok pekerja keras dan suka menolong serta selalu memiliki nilai yang bagus saat pendidikan atau latihan," katanya.

Selain Cahyo, Antonius yang bertugas di Skadron 7 Kilibri juga sempat kehilangan rekan akibat kecelakaan pesawat yaitu Kapten Penerbang Sandy Permana.

Pewarta: Eka Arifa Rusqiyati
Editor: Heppy Ratna Sari
Copyright © ANTARA 2015