Jakarta (ANTARA News) - Indonesia dan Arab Saudi menutup halaman kegiatan diplomatik 2015 dengan tekad kuat meningkatkan kerja sama ke arah lebih nyata pada tahun-tahun mendatang.

PT Pertamina dan Saudi Aramco, perusahaan minyak dan gas asal Arab Saudi, membuat kesepakatan awal kerja sama sektor energi dengan kontrak investasi senilai lima miliar dolar AS (setara dengan Rp 68,5 triliun), yang menjadi tonggak baru sejarah.

Kedua pihak sepakat membentuk perusahaan patungan. Dengan kepemilikan saham Saudi Aramco sekitar 40 persen hingga 45 persen dan Pertamina menjadi pemilik mayoritas.

Kerja sama dengan Saudi Aramco sebenarnya sudah dijajaki sejak lama untuk melakukan modernisasi tiga kilang guna meningkatkan kerumitan produksi. Ketiga kilang tersebut terletak di Dumai, Cilacap, dan Balongan.

Kesepakatan tersebut merupakan jawaban atas harapan Presiden Joko Widodo yang telah mengunjungi Arab Saudi beberapa waktu lalu. Ia menegaskan pembangunan infrastruktur dan berbagai bidang lainnya di Indonesia membutuhkan investasi dan menilai kalangan pengusaha Arab Saudi dapat terlibat menanamkan modalnya.

"Saudi Arabia dan Indonesia betul-betul sangat serius meningkatkan perdagangan dan investasi di bidang ekonomi," kata Presiden saat membuka pertemuan bisnis dan investasi di Jeddah.

Kepala Negara mengatakan Indonesia merupakan destinasi investasi yang menarik bagi kalangan investor. "Kami ke negara-negara Teluk yang kami kunjungi pertama kali adalah Saudi Arabia, kita yakini saudara yang dekat dan kami yakini bahwa hubungan ekonomi ini benar-benar akan meningkat dalam waktu dekat," kata Presiden.

Indonesia saat ini berkonsentarsi pada pembangunan prasarana terdiri atas 24 pelabuhan laut, 15 bandar udara baru, jalan tol 1.000 km, jalan antarprovinsi 2.600 km, 49 bendungan dan pembangkit listrik 35.000 MW dan transportasi massal di 23 kota besar.

Menteri Luar Negeri Arab Saudi Adel bin Ahmed Al Juber mengatakan bahwa hubungan antara Indonesia dengan negaranya akan makin erat, khususnya dalam kerja sama bidang energi, pertanian, investasi, hingga pariwisata.

"Kita sekarang akan mem-follow up dan melanjutkan hubungan ini ke arah yang lebih konkret," kata Menlu Adel bin Ahmed Al Juber di Istana Merdeka, Jakarta, Selasa (20/10).

Data dari Kadin Komite Timur Tengah dan OKI menunjukkan Arab Saudi merupakan salah satu mitra dagang Indonesia terpenting di kawasan Teluk. Pada 2014 nilai perdagangan kedua negara kembali meningkat mencapai 8,67 miliar dolar AS, dengan nilai ekspor Indonesia sebesar 2,15 miliar dolar dan impor 6,51 miliar dolar. Indonesia mengalami defisit sebesar 4,36 miliar dolar. Sejauh ini Indonesia merupakan pengimpor terbesar minyak dari Arab Saudi, Nilai investasi Arab Saudi di Indonesia mencapai 29,3 juta dolar AS di paruh pertama 2015.

Arab Saudi juga merupakan pasar yang besar untuk produk halal sehingga harus dimanfaatkan sebaik mungkin untuk bisa menembus pasarnya.

"Indonesia harus bisa memanfaatkan akses lebih besar untuk memasuki pasar produk halal Arab Saudi dan kawasan Timur Tengah lainnya. Potensi ekspor produk halal Indonesia ke Timur Tengah memiliki prospek yang bagus," kata Ketua Kadin Komite Timur Tengah dan OKI Mohamad Bawazeer.

Hal ini dapat dibuktikan dengan semakin meningkatnya ekspor Indonesia ke pasar Timur Tengah. Menurut laporan Global State of Islamic Economic, permintaan produk halal dunia akan mengalami pertumbuhan sebesar 9,5 persen dalam enam tahun ke depan yaitu dari 2 triliun dolar AS pada 2013 menjadi 3,7 triliun dolar pada 2019.

Pasar halal disadari telah menjadi ceruk pasar yang sangat menarik untuk digarap oleh pelaku industri baik di segmen barang maupun jasa. Angka ini menunjukkan potensi pasar pada produk halal yang besar, yang seharusnya dapat dimanfaatkan oleh Indonesia sebagai negara dengan mayoritas penduduk yaitu muslim terbesar di dunia yang juga menjadi salah satu anggota Organisasi Kerja Sama Islam (OKI).


Mitra strategis

Indonesia, yang merupakan mayoritas penduduknya muslim, bahkan terbesar di dunia, merupakan mitra yang strategis bagi Arab Saudi dan negara Timur Tengah lainnya.

Secara historis dan religius, hubungan baik Indonesia dan Arab Saudi setidaknya dilandasi oleh berbagai persamaan kepentingan dan budaya. Arab Saudi misalnya termasuk salah satu negara yang amat mendukung kemerdekaan Indonesia. Saat Indonesia masih dijajah Belanda, ulama-ulama Arab Saudi banyak memberikan inspirasi kepada para ulama dan kaum cendekia Indonesia untuk meraih kemerdekaan.

Dalam beberapa kasus Arab Saudi memberikan dukungan politik kepada Indonesia dan mendukung posisi Indonesia pada forum- forum internasional. Dalam perjalanannya, hubungan baik Indonesia Arab Saudi terjalin semakin erat pada era Presiden Soekarno dan Raja Faisal dan kini diteruskan oleh Presiden Joko Widodo. Walau sempat mengalami pasang surut, secara umum hubungan bilateral ini terus membaik.

Kendati hubungan kedua negara pernah diterpa beberapa kasus yang kemudian menyebar menjadi persoalan politik seperti kasus pekerja migran Indonesia di Arab Saudi, dari tahun ke tahun hubungan Indonesia- Arab Saudi selalu mengalami peningkatan, baik di bidang ekonomi, politik, pendidikan, maupun budaya, kata Mohamad.

Selain bidang ekonomi dan perdagangan, aspek kunjungan wisatawan Arab Saudi ke Indonesia khususnya paket wisata keluarga harus dikembangkan dengan menawarkan destinasi untuk dikunjungi lebih banyak, dan masa tinggalnya menjadi lebih lama.

Sampai dengan Oktober 2014, jumlah wisatawan asal Arab Saudi yang berkunjung ke Indonesia sebanyak 131.000 orang, sementara jumlah total wisatawan asal Arab Saudi yang berwisata ke luar negeri mencapai sekitar 1,5 juta. Jumlahnya tahun 2015 diperkirakan mencapai lebih 300.000 orang. Namun hampir dua pertiga dari jumlah tersebut berkunjung ke Malaysia dan Uni Emirat Arab, Dubai khususnya.

Mereka umumnya suka menginap di apartemen-apartemen yang luks, makanan yang biasa mereka santap, dan fasilitas hotel yang cukup memadai, termasuk tersedianya sajadah dan arah kiblat.

Puncak dan sekitarnya adalah kawasan favorit wisatawan asal Arab Saudi dan mereka menikmati pemandangan alam dan kesejukannya. "Tentu kami juga ingin merasa aman dalam berwisata," ujar seorang wisatawan.

Bagi Indonesia yang saat ini sedang giat-giatnya mendatangkan pemodal Timur Tengah terutama Arab Saudi, perlu untuk senatiasa menjamin mereka tidak hanya terfokus pada pemberian kemudahan izin investasi tetapi juga menjamin keamanan wisman asal Saudi yang kerap kali mengeluhkan aksi oknum yang sengaja mengganggu kenyaman mereka di Indonesia.

Sebagai anggota G-20 yang sedang mengalami pertumbuhan pesat, kedua negara dapat saling memanfaatkan potensi yang ada. Kunjungan Presiden Jokowi ke Arab Saudi beberapa waktu lalu layak untuk memperoleh apresiasi. Sambutan hangat dari Pemerintah Arab Saudi kepada Presiden Jokowi memberikan kesan yang mendalam bagi siapa pun yang mengikuti dan menyaksikan kunjungan itu.

Pemerintah Arab Saudi memberikan penghargaan King Abdulaziz Medal di Istana Al Salam Diwam Maliki kepada Presiden Joko Widodo. Pemberian "Star of the Order of King Abdulaziz Al-Saud Medal" merupakan bentuk apresiasi yang luar biasa dari Kerajaan Arab Saudi kepada Presiden dan Pemerintah Republik Indonesia. Medali itu merupakan Order of Merit tertinggi bagi pemimpin negara sahabat.

Kunjungan kenegaraan itu memberikan sinyal positif perkembangan kedua negara untuk saling meningkatkan kerja sama di berbagai sektor. Komunikasi harus terus dilakukan untuk bisa mengimplementasikan berbagai bentuk kerja sama ekonomi dan bisnis yang telah disepakati.

Oleh Mohammad Anthoni
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2015