Damaskus (ANTARA News) - Komando Umum Angkatan Darat Suriah mengkonfirmasi bahwa militer menewaskan pemimpin kelompok Jaish al-Islam atau Tentara Islam dalam serangan udara di sebelah timur ibu kota Damaskus, Jumat (25/12).

"Setelah serangkaian operasi pengawasan, dan berdasarkan laporan intelijen serta kerja sama dengan orang terhormat, Angkatan Udara dalam Tentara Arab Suriah melancarkan serangan udara kualitatif dengan sasaran posisi kelompok teroris di Ghouta Timur, Damaskus. Serangan tersebut menewaskan Zahran Alloush," kata militer Suriah di dalam satu pernyataan pada Jumat larut malam.

Menurut pernyataan militer Suriah yang dikutip kantor berita Xinhua, Alloush tewas bersama dengan sejumlah petinggi gerilyawan dalam operasi yang dilancarkan dalam "kerangka kerja aksi militer melawan terorisme."

Militer menyatakan perang melawan kelompok-kelompok teroris di Suriah akan terus berlanjut dan mendesak orang-orang bersenjata meletakkan senjata mereka.

Dalam satu laporan sebelumnya, pegiat dan media Arab mengatakan Alloush tewas oleh serangan udara Rusia, yang belakangan ternyata adalah serangan udara Suriah.

Alloush, yang lahir tahun 1971, adalah pemimpin gerilyawan aktif di Suriah selama konflik hampir lima tahun di negara Arab tersebut.

Dia adalah komandan Jaish al-Islam, kelompok gerilyawan dukungan Arab Saudi yang bergerak di beberapa wilayah Suriah, terutama di Ghouta Timur, pinggiran Damaskus.

Alloush yang berasal dari benteng pertahanan gerilyawan Douma di Ghouta adalah putra Sheikh Abdullah Alloush, tokoh Salafi dari Damaskus yang tinggal di Arab Saudi.

Dia pernah menimba ilmu di Fakultas Hukum Islam di Damascus University serta meraih Gelar Master di bidang Hukum Islam dari Arab Saudi.

Aloush ditangkap oleh Lembaga Intelijen Suriah pada 2009 dengan tuduhan memiliki senjata dan dibebaskan pada 2011 sebagai bagian dari amnesti umum tiga bulan setelah konflik Suriah meletus.

Setelah bebas, ia membentuk satu kelompok gerilyawan dan dengan cepat mengembangkannya menjadi kelompok yang sekarang dikenal dengan nama Tentara Islam, kelompok paling tangguh yang beroperasi di Daerah Damaskus dengan pusat kepemimpinan di Douma.

Sekarang kekhawatiran merebak di kalangan warga Damaskus mengenai kemungkinan pembalasan dari Tentara Islam atas tewasnya pemimpin mereka.


Pengganti

Setelah Alloush tewas, anggota utama Jaish al-Islam Abu Himam al-Buwaydani dipilih sebagai pengganti menurut Observatorium Suriah untuk Hak Asasi Manusia kepada kantor berita AFP.

Buwaydani adalah pengusaha berusia 40 tahun dan petempur dari Douma yang berasal dari keluarga dengan ikatan kuat dengan Ikhwanul Muslimin menurut Direktur Observatorium Rami Abdel Rahman.

Alloush dan lima komandan yang lain tewas dalam "serangan udara yang menyasar satu pertemuan mereka di Ghouta Timur" pada Jumat menurut Observatorium serta menambahkan bahwa belum jelas apakah rejim atau Rusia yang ada di balik serangan itu.

Seorang anggota senior Jaish al-Islam mengonfirmasi kematian Alloush kepada AFP, menyatakan bahwa tiga pesawat menyasar satu "pertemuan rahasia" para komandan.

Pemerintah Suriah dan medianya secara reguler menganggap Jaish al-Islam sebagai "teroris" dan televisi pemerintah menyebut mereka demikian saat menyampaikan berita kematian Alloush.

Media pemerintah Suriah menyatakan bahwa komando tentara Suriah telah melancarkan "operasi khusus" yang menewaskan Alloush dalam misi nasionalnya.

Seorang sumber keamanan Suriah mengatakan kepada AFP bahwa "puluhan" petempur pemberontak tewas dalam serangan yang dilancarkan angkatan udara Suriah dengan rudal-rudal yang disediakan oleh Rusia.

Jet-jet melancarkan dua putaran serangan terhadap pertemuan itu masing-masing dengan empat rudal menurut sumber keamanan itu.

Setidaknya 12 anggota Jaish al-Islam dan tujuh anggota kelompok Islam, Ahrar al-Sham, tewas.

Jaish al-Islam adalah faksi pemberontak paling terkemuka di daerah Ghouta Timur, benteng pertahanan oposisi di bagian timur Ibu Kota yang sering dibombardir pasukan rejim.

Kelompok yang dengan tegas menentang Presiden Suriah Bashar al Assad dan kelompok ISIS itu baru-baru ini ambil bagian dalam pembicaraan oposisi di Arab Saudi.

Para analis memperkirakan kematian Alloush akan sangat mempengaruhi gerakan pemberontakan serta awal pembicaraan perdamaian di Suriah.

Analis Charles Lister menyatakan di Twitter kematiannya sebagai "kehilangan paling signifikan bagi oposisi".

Editor laman Carnegie Endowment's Syria in Crisis Aron Lund menyebut Zahran Alloush sebagai penengah sukses dalam gerakan pemberontakan Suriah dan kematiannya bisa mengurai kohesi kelompok oposisi.(Uu.C003)

Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2015