Kais (ANTARA News) - Pabrik Sagu terbesar di Indonesia milik Perum Perhutani yang berada di daerah Kais, Papua Barat, resmi beroperasi pada 1 Januari 2016.

Direktur Utama Perum Perhutani, Mustoha Iskandar, di Kais, Papua Barat, Jumat, mengatakan bahwa potensi sagu alami di Papua sangat besar dengan kualitas bagus jenis sagu raja yang mampu menghasilkan sebanyak 900 kilogram tepung sagu per batangnya.

Total investasi Pabrik Sagu di Kais senilai Rp150 miliar dengan pekerja sebanyak 40 orang penduduk lokal di pabrik dan sekitar 600 orang di lahan sagu untuk memasok tual, ujarnya.

Dari total investasi tersebut, ia menilai, akan mampu memberi pemasukan Perhutani dengan target Rp100 miliar per tahun dan juga memberikan dampak ekonomi bagi masyarakat sekitar.

Pada saat ini harga tepung sagu di Pulau Jawa senilai Rp6.800 per kilogramnya, dan tentu saja akan diprediksi terus meningkat seiring bertambahnya permintaan tepung sagu.

Namun, ia mengemukakan, saat ini pabrik masih menggunakan dua genset dengan kapasitas 1.000 kilo volt ampere (kva) dan 800 kva. Untuk mengalirkan daya tersebut membutuhkan bahan bakar sebanyak 9.000 liter solar per hari.

Hasil sagu olahan pabrik tersebut nantinya akan dipasarkan oleh Perhutani ke wilayah Papua, Jakarta, Cirebon, Semarang, Surabaya dan Medan, sedangkan target pasar luar negeri akan dikirimkan ke Jepang, Korea, Thailand dan Tiongkok.

Provinsi Papua, dikemukakannya, memiliki potensi sebanyak 8 juta ton sagu alami (tumbuh tanpa dirawat petani) yang belum dimanfaatkan untuk diolah sebagai makanan pokok ataupun tepung.

Presiden Joko Widodo (Jokowi) juga turut hadir di Pabrik Sagu Kais untuk meninjau operasional pabrik tersebut. Ia berharap, pabrik sagu tersebut mampu memberi dampak yang baik bagi lingkungan terutama dampak ekonomi.

Dengan adanya pabrik sagu tersebut, maka per gelondongnya akan dipasok kepada pabrik seharga Rp9.000 per gelondong. Dengan kata lain, masyarakat Kais tidak perlu jauh mengirim ke Pasar Sorong yang jaraknya bisa memakan waktu satu minggu sekali jalan dengan menggunakan perahu dayung.

Pewarta: Afut Syafril
Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2016