Dengan pengembangan pabrik ini maka Mitra Kerinci bisa mengukuhkan diri sebagai produsen teh hijau terbesar di Indonesia dan Asia Tenggara
Jakarta (ANTARA News) - PT Rajawali Nusantara Indonesia (Persero) melalui anak usahanya PT Mitra Kerinci mengembangkan pabrik teh hijau di kawasan Sangir, Solok Selatan, Sumatera Barat, dengan kapasitas pengolahan 60 ton pucuk basah per hari.

"Dengan pengembangan pabrik ini maka Mitra Kerinci bisa mengukuhkan diri sebagai produsen teh hijau terbesar di Indonesia dan Asia Tenggara," kata Direktur Utama PT Rajawali Nusantara Indonesia (RNI) Persero Didik Prasetyo, di Jakarta, Selasa.

Menurut Didik, mengingat tingginya permintaan produk Teh Hijau LIKI di pasar teh nasional dan pasar ekspor, maka perusahaan harus mampu menaikkan kapasitas produksi hingga 80 ton pucuk basah per hari.

Bersamaan dengan pengembangan pabrik teh hijau tersebut, Didik juga mengapresiasi kinerja Mitra Kerinci sepanjang tahun 2015.

Dengan perolehan pucuk basah sebesar 18.874 ton dan tingkat produktivitas sebesar 3,69 ton per Ha, Mitra Kerinci saat ini menjadi perkebunan dengan tingkat produktivitas tertinggi sepanjang perusahaan berdiri.

"Memecahkan rekor produksi, penjualan dan harga penjualan tertinggi, prestasi ini adalah prestasi yang luar biasa," ujarnya.

Meski begitu, Didik mengimbau seluruh karyawan agar tidak cepat berpuas diri dan terus melakukan perbaikan perbaikan agar menjadi icon teh Indonesia, sejajar dengan teh Ceylon dan Assam dari India dan Srilanka.

Sementara itu, Direktur PT Mitra Kerinci Yosdian Adi Pramono berharap kinerja perusahaan tumbuh lebih baik lagi.

"Dengan diawali niat yang baik, semoga rencana perusahaan pada 2016 dapat terwujud tanpa halangan yang berarti," ujat Yosdian.

Mitra Kerinci saat ini mengelola sekitar 2.025 hektar Perkebunan dan Pabrik Pengolahan Teh Liki di Sangir, Solok Selatan, Sumatera Barat.

Saat ini perkebunan teh Liki menghasilkan 17 juta kg daun teh segar setiap tahunnya yang diolah menjadi 5,5 juta kg teh untuk kebutuhan dalam dan luar negeri.

Pewarta: Royke Sinaga
Editor: Fitri Supratiwi
Copyright © ANTARA 2016