Jakarta (ANTARA News) - Bidang kesenian Islam di sejumlah masjid di Indonesia kini kurang berkembang secara optimal karena minimnya regenerasi figur, kata Kepala Kantor Masjid Agung Al Azhar Amliwazir Saidi. "Contohnya di Masjid Al Azhar, bidang kesenian tidak semarak seperti halnya pada dekade 60-an dan dekade 70-an sejak sepeninggalnya Hamka (Haji Abdul Malik Karim Amrullah)," katanya di Jakarta, Rabu. Ia mengungkapkan, Hamka (1908-1981) yang merupakan penulis tafsir Al Azhar dan ketua Majelis Ulama Indonesia pertama itu adalah juga seorang figur sastrawan besar yang terlihat dari beberapa novel dan puisi yang diciptakannya. Amliwazir menyontohkan beberapa karya sastra Hamka yaitu "Di Bawah Lindungan Kabah" dan "Tenggelamnya Kapal Van Der Wijcht". Setelah Hamka, ujar dia, masih belum terdapat figur lain seperti ulama asal Sumatra Barat itu yang mumpuni baik dalam ilmu agama Islam maupun dalam ilmu kesenian yang Islami. Lebih lanjut, Amliwazir menganalisis bahwa penyebab kurang optimalnya perkembangan bidang kesenian Islam juga karena derasnya terjangan budaya Barat yang lebih disukai terutama oleh generasi muda. "Sebenarnya Islam bisa menolerir berbagai budaya tersebut sepanjang syair yang dihasilkan mengajak orang untuk meninggikan keesaan Tuhan," katanya. Mengenai Masjid Istiqlal yang akan berulangtahun ke-29 karena diresmikan penggunaannya sejak 22 Februari 1978 itu, ia mengemukakan bahwa akan lebih baik bila Istiqlal mengoptimalkan kembali kegiatan dan organisasi seninya seperti Himpunan Seni dan Budaya Islam (HSBI). Selain itu, lanjutnya, Amliwazir mengharapkan agar kaligrafi di dalam Istiqlal lebih diperbanyak untuk memperkuat nuansa budaya Islam. Sebelumnya, Sekretaris Badan Pelaksanan Pengelola Masjid Istiqlal (BPPMI) H Subandi pada Senin (19/2) mengatakan, SDM Masjid Istiqlal masih kurang memadai dalam mengembangkan berbagai syiar dan kegiatan kesenian yang Islami. Namun, ia mengemukakan bahwa kini BPPMI sedang membangkitkan kembali berbagai unsur kesenian yang ternaung di dalamnya, contohnya Drum Band Remaja Masjid Istiqlal yang pada Januari 2007 mengikuti Grand Prix Drum Band Nasional XXII di Istora Senayan, Jakarta. "Terakhir kami mengikutinya adalah sekitar sepuluh tahun lalu," kata Subandi.(*)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2007