Jakarta (ANTARA News) - TNI AL akan merekrut personil dengan mengutamakan putra daerah untuk ditempatkan di daerahnya yang berada di perbatasan, pulau-pulau terluar dan terdepan Indonesia.

"Hal ini dilakukan lantaran banyak prajurit yang sudah menyelesaikan tugasnya, kembali lagi ke kampung halamannya di Pulau Jawa. Sehingga di Pulau Jawa menumpuk," kata Kepala Staf TNI AL, Laksamana TNI Ade Supandi, di Mabesal Cilangkap, Jakarta Timur, Kamis.

Nanti kita rekrutmen usaha kan ada putra daerah supaya mengisi kebutuhan di daerahnya misalnya di Pulau Wetar. Nanti kita pertimbangkan kuota prajurit sesuai kebutuhan di lapangan, kata Ade.

Ia mengaku, TNI AL sudah menambah Pangkalan Utama TNI AL (Lantamal) dengan membangun Lantamal di tiga wilayah yaitu Pontianak, Tarakan dan Sorong guna menjaga perbatasan wilayah laut. Bahkan sudah menyebarkan Pos Angkatan Laut di Pulau Terdepan sejak tahun 2000 lalu.

"Kita sudah sebar Pos AL di Pulau terluar tahun 2000 karena kami bertahap bangunnya karena uangnya susah. Pos TNI AL ini akan diisi oleh 12 orang, kita tempati itu saja dulu, kita bangun dulu Pos AL baru kemudian isi orang-orangnya," ujar dia.

Selain itu, tambah dia, Lanal Saumlaki yang berada di Pulau Terdepan akan diubah menjadi tipe B, sehingga kapal patroli bisa ditampung dengan jumlah banyak. Apalagi Pulau Saumlaki mempunyai sumber daya alam yang baik.

"Pulau Saumlaki waktu saya jadi Pangarmatim resmikan Lanal Saumlaki nanti dikembangkan lagi menjadi tipe b pangkat kolonel, agar bisa menampung empat kapal combatan," tutur KSAL.

Sebelumnya, Panglima TNI, Jenderal TNI Gatot Nurmantyo, mengatakan, TNI akan memperkuat pulau-pulau terluar dan terdepan di wilayah Indonesia Timur, seperti di Kabupaten Maluku Barat Daya dan Kabupaten Maluku Tenggara Barat Provinsi Maluku lantaran di wilayah itu masih minim personil TNI dan alutsista.

Menurut Gatot, di Pulau Saumlaki (Maluku Tenggara Barat) yang berbatasan langsung dengan Australia terdapat radar untuk mendeteksi pesawat yang memasuki wilayah Indonesia, namun bila ada pesawat memasuki wilayah Indonesia tidak bisa disampaikan kepada Komando Pertahanan Udara Nasional (Kohanudnas) untuk mengirimkan pesawat Sukhoi dari Makassar.

"Kalau ada pesawat masuk, dia hanya bisa berdoa saja. Ya Tuhan, semoga pesawat itu keluar dari Indonesia," ucap Panglima TNI saat menjelaskan hasil kunjungannya selama satu pekan lebih, mulai 27 Desember 2015-3 Januari 2016 di wilayah Indonesia Timur.

Ia mengatakan pihaknya telah melakukan evaluasi terhadap kekuatan TNI di pulau-pulau perbatasan RI tersebut. Salah satunya di pulau Selaru, Kabupaten Maluku Tenggara Barat, Provinsi Maluku yang rencananya akan dibangun bandara sehingga pesawat militer bisa mendarat di sana.

"Gelar kekuatan dan kemampuan disebarkan lagi, ada peluang di pulau Selaru Kabupaten Maluku Tenggara Barat, landasan aju bandara bisa dipanjangkan. Kepala Desa menyetujui 1.500 meter lagi bisa di buat bandara. Realisasi segera mungkin tentunya dengan DPR dan pemerintah," tuturnya.

Terkait penambahan pasukan di wilayah perbatasan dan pulau terluar itu, tambah panglima TNI, pihaknya akan membicarakan hal itu kepada tiga kepala staf angkatan.

Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2016