Dari pemeriksaan memang kualitas udaranya masih tercemar oleh abu vulkanik sisa dari letusan Gunung Soputan, dan berbahaya bagi manusia
Minahasa Tenggara (ANTARA News) - Kualitas udara setelah letusan Gunung Soputan pada Senin (4/1) dan Selasa (5/1) masih membahayakan warga di tiga desa yang berada di Kabupaten Minahasa Tenggara, setelah dilakukan pemeriksaan oleh peneliti dari tim kesehatan lingkungan.

"Dari pemeriksaan memang kualitas udaranya masih tercemar oleh abu vulkanik sisa dari letusan Gunung Soputan, dan berbahaya bagi manusia," kata Kepala Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Minahasa Tenggara Robby Ngongoloy di Ratahan, Sabtu.

Dia mengatakan ketiga desa yang terkena dampak letusan Gunung Soputan yakni Desa Pangu, Desa Pangu Satu dan Desa Pangu Dua.

Ia menuturkan tim peneliti yang melibatkan Balai Teknik Kesehatan Lingkungan (BTKL) Manado, Himpunan Ahli Kesehatan Lingkungan Indonesia (HAKLI) Provinsi Sulawesi Utara (Sulut), Politeknik Kesehatan (Poltekes) Manado, Dinas Kesehatan (Dinkes) Sulut dan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB).

"Selama dua hari ini mereka memantau terus kondisi kualitas udara ini setelah letusan, dan memberikan rekomendasi hal-hal yang perlu dilakukan untuk mengantisipasi kondisi yang terjadi," katanya.

Sementara itu menurut Iwan Munaiseche Kasie Penanggulangan Wabah Penyakit Dinkes Kabupaten Minahasa Tenggara, hasil pemeriksaan udara debu yang tersisa dari letusan Soputan dapat menimbulkan penyakit.

"Hasil pemeriksaan kualitas udara yang ada sekarang dapat menimbulkan penyakit, yaitu PM 10 mencapai 305 mg per meter kubik, yang seharusnya normalnya pada angka 150. Ini sangat berbahaya," ungkap Iwan yang didampingi Ronald Wenas dari BTKL Manado.

Iwan mengimbau masyarakat untuk mengurangi aktivitas di luar rumah, khususnya bagi anak-anak.

"Sebab, PM 10 ini merupakan partikel-partikel yang sangat kecil dan tidak bisa dilihat secara kasat mata. PM 10 ini merupakan debu pemicu penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Atas (ISPA), paru-paru, juga kanker. Dan perlunya penggunaan masker jika di luar rumah," terang Iwan.

Lebih lanjut ia menyebutkan, pemeriksaan udara dilakukan untuk menghindarkan masyarakat dari penyakit-penyakit yang bisa ditimbulkan, seperti iritasi mata, ISPA, bahkan alergi.

"Selain itu kita sudah lakukan pemeriksaan dan pemantauan, kualitas sumber air minum di tiga desa yang ada di Pangu masih sangat tinggi derajat kekeruhannya. Kita periksa rasa air, warna air, serta bau air. Air di sana, belum layak untuk dikonsumsi. Sebab masih banyak mengandung partikel debu," ungkap Iwan.

Selain di Desa Pangu, Permukiman Kalatin juga diperiksa kadar kelayakan air minumnya. Sebab Kalatin merupakan pusat mata air untuk masyarakat di sana.

"Kita juga periksa kandungan debu yang ada di sana (Kalatin). Karena di Kalatin juga terkena dampak letusan Gunung Soputan," tambahnya.

Pemeriksaan juga dilakukan di lingkungan pemerintah Kabupaten Mitra di Kelurahan Wawali Pasan, Kecamatan Ratahan. Hasilnya, kadar PM10 di Blok A 151 mg per meter kubik, sementara di Blok B hanya 98 mg per meter kubik.

Pewarta: Fidel Malumbot
Editor: Fitri Supratiwi
Copyright © ANTARA 2016