Balikpapan (ANTARA News) - Para ekspatriat atau warga negara asing yang tinggal di Kota Balikpapan, Kalimantan Timur, mengumpulkan donasi dalam acara "Red Dress Run" akhir pekan lalu untuk disumbangkan ke lembaga konservasi beruang madu dan hutan lindung Sungai Wain.

"Surprise juga, ini lebih kurang sama dengan 1.000 euro," kata Anneke Weeserik, ekspatriat asal Belanda yang menggagas Red Dress Run Balikpapan bersama Melle Annie-Jones dari Australia, di Balikpapan, Minggu.

Menurut Anneke, donasi sekitar Rp15 juta itu terkumpul dalam waktu tak lebih dari dua jam saja.

"Kami ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya buat semua pelari yang sudah menyumbang," tambah Melle Annie-Jones.

Menurut keduanya, sumbangan itu segera disampaikan ke Pro Natura, sebuah lembaga yang membantu Pemkot Balikpapan dalam konservasi beruang madu dan hutan lindung Sungai Wain.

Beruang madu (Helarctos malayanus) adalah satwa terancam punah yang dilindungi, yang menjadi maskot Kota Balikpapan.

Binatang ini antara lain hidup liar di Hutan Lindung Sungai Wain dan sebagian kawasan hutan ini mengalami kebakaran selama hampir sebulan pada Oktober 2015.

Sesuai namanya, acara Red Dress Run memang mengharuskan peserta benar-benar berlari dengan berkostum gaun berwarna merah.

Peserta memulai lari dari Huns Cafe di kawasan Staal Kuda di tenggara Balikpapan pada sore hari. Sesuai cara "hash house harriers", peserta berlari mengikuti rute yang sudah dibuat sebelumnya, yang ditandai dengan tebaran kertas di tanah.

Rute itu melalui jalan-jalan kecil di permukiman warga di ujung Bandara Sepinggan, lalu memasuki hutan kecil dan semak belukar yang membatasi kawasan bandara dengan permukiman, dan keluar ke jalan besar ke Jalan Marsma R Iswahjudi.

"Tidak jauh, hanya 5 kilometer. Tapi cukup repot dengan gaun," kata Ray Hempell, ekspatriat asal Kanada yang sudah hampir 10 tahun tinggal di Balikpapan.

Meski digelar oleh ekspatriat, sebagian besar pelari tetaplah warga asli Indonesia yang merupakan anggota klub lari lintas alam Mixed Hash House Harriers.

Tidak kurang dari 200 orang pelari berkumpul sebelum start, yang sebagian juga anggota Balikpapan Hash House Harriers, klub lari lintas alam yang memilih medan lari lebih ekstrem.

"Red Dress Run memang even khas lari hash. Lain waktu kami gelar lari dengan sarung," kata Akin Sudharta, Grand Master Mixed Hash House Harriers.

Pewarta: Novi Abdi
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2016