Jakarta (ANTARA News) - Andri Novianto mengibaratkan yang dialaminya pada Kamis (14/1) seperti adegan di film laga.

Konsultan Senior JAC Recruitment Indonesia itu terjebak sekitar empat jam di dalam Gedung Skyline, Jakarta Pusat atau Menara Cakrawala, saat terjadi ledakan dan baku tembak antara polisi dengan pelaku teror.

Pada Kamis siang, terjadi ledakan di dalam kedai kopi Starbucks yang berada satu gedung dengan kantor Andri.

Setelah ledakan pertama itu, sekitar seratus karyawan JAC Recruitment Indonesia yang berada di lantai 18 gedung tersebut langsung berhamburan keluar, termasuk Andri.

Tiba di titik kumpul lantai dua, kembali terdengar ledakan kedua yang membuat orang-orang semakin kocar kacir.

Menurut Andri, sebagian besar orang-orang tersebut berbalik arah, dari yang awalnya hendak menyelamatkan diri ke arah Thamrin lalu berputar menuju ke belakang Gedung Skyline.

"Tetapi saya kepikiran mobil saya yang terparkir tepat di atas Starbucks. Akhirnya saya bertahan di lantai dua sambil cari colokan listrik karena hape saya lowbatt. Ketika itu saya masih tenang dan berpikir kalau itu hanya ledakan bunuh diri saja, tidak akan ada ledakan lagi," tutur Andri kepada ANTARA News, Jumat.

Saat sedang mencari stop kontak, kembali terjadi ledakan yang akhirnya berhasil membuatnya panik dan berlari ke arah parkiran mobil di lantai dua, tidak jauh dari lobi gedung.

Andri menuturkan bahwa di lokasi tersebut sudah banyak orang-orang termasuk banyak warga negara Jepang.

Tidak lama kemudian, ledakan keempat hingga keenam kembali terjadi yang cukup membuat suasana di parkiran tersebut panik.

"Mungkin ada sekitar 40 orang dan banyak orang Jepang. Setelah ledakan keenam, polisi katanya melihat pelaku masuk ke gedung. Lantas, banyak polisi dari parkiran lantai satu beranjak ke atas. Mereka juga melakukan blokade, kami yang yang tadinya mau menyelamatkan diri ke bawah tidak boleh kemana-mana. Banyak perempuan asal Jepang yang mulai menangis," jelasnya.

Andri bersama orang-orang yang tertahan di parkiran lantai dua diperintahkan oleh petugas kepolisian untuk tiarap dan mengangkat tangan mereka, antara pria dan wanita dipisahkan menjadi dua kelompok.

Mereka juga diperintahkan untuk memberi tahu apabila ada sosok yang asing atau bukan karyawan di perkantoran Gedung Skyline.

"Baku tembak terdengar jelas. Sementara kami masih disuruh tiarap," tutur Andri.

Polisi juga memeriksa badan dan seluruh isi tas mereka. Suasana sempat tegang ketika ada satu orang warga negara Jepang yang enggan membiarkan tas kecilnya diperiksa oleh polisi.

"Dia tetap pegang tas kecilnya, lalu dia sempat ditodong polisi. Orang itu tidak bisa berbahasa Indonesia, ternyata setelah dipaksa, isinya hanya dompet namun memang banyak kelengkapan identitasnya termasuk paspor," kata Andri yang secara diam-diam sempat mengisi baterai handphone-nya pada stop kontak yang terdapat di parkiran.

"Lumayan lah saya bisa ngecharge dari 0 persen sampai dua bar, kira-kira satu jam ngecharge di sana," ujar Andri lalu tertawa.

Ternyata, keputusan Andri untuk tetap nekat mengisi baterai handphone-nya tersebut menyelamatkan atasannya, Mister Hwang asal Korea Selatan, yang masih terjebak di lantai 18.

Kembali ke lantai 18
Andri dan puluhan orang masih terjebak di parkiran lantai dua sementara baku tembak antara polisi dan pelaku teror masih terjadi.

"Kami tetap disuruh jongkok, pernah ada yang penasaran nekat berdiri mau lihat kondisi tetapi langsung dimarahi oleh petugas," ujarnya.

Suasana kembali tegang saat terdengar lagi suara gemuruh dari gerakan polisi yang sedang berburu pelaku di dalam gedung.

Menurut Andri, polisi dari lantai satu berjalan sambil berbaris sementara Andri dan puluhan orang terjebak di dalam parkiran diperintahkan berdiri sambil angkat tangan dan dibawa ke lobi Gedung Skyline di lantai satu dari pintu samping dekat Hotel Sari Pan Pacific.

"Kami bergabung dengan orang-orang yang sudah ada di sana lebih dulu, lalu kami difoto oleh petugas. Awalnya difoto per orang, lama-lama difoto per kelompok asal perusahaan. Puluhan polisi juga berjaga-jaga di sana, lalu kami semua didata, ditanya nama, kantor, nomor telepon, dan alamat rumah," jelas Andri.

Pada saat bersamaan, menurut Andri, suara gemuruh masih terdengar jelas dari dalam gedung. 

"Katanya, di dalam masih ada teroris," ungkap Andri.

Sementara itu, grup Whatsapp dari perusahaan Andri bekerja mengabarkan bahwa atasannya, Mister Hwang yang merupakan warga negara Korea Selatan masih terjebak sendiri di lantai 18.

"Saya langsung panik lalu lapor ke polisi. Ternyata negosiasinya cukup lumayan susah karena dari pihak mereka berdasarkan keterangan petugas keamanan gedung sudah menyatakan bahwa di dalam gedung sudah tidak ada orang. Apalagi untuk menjemput Mister Hwang, mau tidak mau saya harus ikut ke atas karena dia terkunci, kalau mau masuk harus pakai finger print," jelasnya.

Menurut Andri, polisi akhirnya percaya ketika ia menunjukkan foto yang dikirim Mister Hwang yang diambil dari lantai 18 sebagai bukti bahwa dia benar-benar terjebak di atas.

"Saya dibawa petugas keamanan ke lantai dua untuk bertemu tim gegana. Sebelum ke atas, komandannya memerintahkan saya untuk memberi tahu Mister Hwang agar tidak percaya siapapun termasuk polisi sebelum dijemput," tutur Andri.

Kemudian Andri pun dipersiapkan dengan diberi rompi anti peluru tetapi kemudian urung ia pakai karena merasa gerah.

Ia mengaku tidak ada ketakutan untuk kembali ke lantai 18 meskipun teroris kabarnya masih ada di dalam gedung.

"Saya tidak kepikiran takut mungkin karena lapar, hari itu saya lagi puasa Senin-Kamis," ujarnya.

Lantas, Andri didampingi sepuluh tim gegana dan satu petugas keamanan gedung menuju lantai 18 dengan menyusuri tangga darurat.

Andri mengungkapkan bahwa pengawalan terhadapnya benar-benar dilakukan secara profesional.

Ia menggambarkan kejadian tersebut seperti adegan film, di mana setiap keluar pintu di setiap lantai, dua polisi mengarahkan senjata mereka, saat kondisi aman mereka bergerak, kemudian dua polisi berjaga di pintu sampai mereka melanjutkan naik ke atas. Hal tersebut, menurut Andri, dilakukan bergantian pasukan tersebut.

Tiba di lantai 12, perjalanan mereka sempat terhenti dan hampir terjadi baku tembak. Di lantai tersebut, lanjut Andri, sudah terdapat sekelompok orang.

"Pasukan yang bersama saya sempat spontan akan melepaskan tembakan ketika buka pintu tangga, tetapi mereka langsung berteriak 'Ini kawan'. Selebihnya perjalanan sampai lantai 18 cukup lancar," tutur Andri.

Akhirnya, Andri tiba di lantai 18 dan menemukan atasannya yang terjebak sendirian dengan kondisi sehat. Setelah beristirahat selama 15 menit, mereka kembali dikawal turun ke lobi gedung.

"Di atas saya sempat nge-charge handphone lagi. Kalau sebelumnya Handphone saya mati, mungkin Mister Hwang masih terjebak di dalam," ujar Andri.

Andri dan Mister Hwang sempat diperiksa lagi sesaat tiba di lobi gedung. Setelah berjam-jam tersandera di dalam gedung, Andri akhirnya diizinkan pulang oleh pihak kepolisian.

"Saat itu, pengunjung atau tamu gedung masih dilarang pulang, katanya dibawa ke kantor polisi," ungkap Andri.

Andri dan dua atasannya menyempatkan diri makan di daerah Wahid Hasyim setelah melewati berjam-jam yang melelahkan dan menegangkan.

"Waktu itu saya masih lupa kalau saya sedang puasa," kata Andri kemudian tertawa.

Editor: Fitri Supratiwi
Copyright © ANTARA 2016