Makassar (ANTARA News) - Sebanyak 2.400 lebih personel Tentara Nasional Indonesia (TNI) dan Polri dikerahkan dalam pencarian jaringan teroris Santoso setelah terjadi kontak senjata pada Jumat, 15 Januari 2015 di Kabupaten Poso, Sulawesi Tengah.

"Jumlah personel gabungan yang mengejar jaringan teroris Santoso itu lebih dari 2.400 orang," ujar Kepala Biro Operasional Polda Sulteng Kombes Pol Herry Nahak di Makassar, Selasa.

Karo Ops yang ditemui saat mengikuti Rapat Pimpinan Di Kodam VII Wirabuana mengatakan, jumlah personel gabungan itu meliputi 1.500 orang Polisi dan 918 personel TNI.

Dia mengaku, jumlah personel gabungan ini akan menyisir wilayah di Pegunungan Tinobe, Desa Taunca, Kecamatan Poso Pesisir serta Gunung Rorekatimbu, Kabupaten Poso, Sulteng.

Herry menuturkan jika personel yang ada saat ini kemungkinan masih akan bertambah lagi jika melihat wilayah pencaharian serta memaksimalkan perburuan.

"Untuk saat ini memang sebanyak itu jumlahnya yang mengejar kelompok Santoso ini. Kemungkinan jumlah personel akan ditambah, tapi kita lihat saja nanti perkembangannya," katanya.

Dalam pengejaran itu, dia menyebutkan jika data-data sementara yang dimiliki oleh anggota yakni hanya 38 orang dan itu berdasarkan data yang ditemukan di camp pelatihan Santoso.

"Sesuai dengan daftar yang didapatkan dalam camp pelatihannya itu. Jumlahnya memang 38 orang. Mengenai jumlah pastinya itu belum kita ketahui dan bisa saja lebih jika ada anggota barunya," katanya.

Kini, 38 anggota jaringan Santoso sudah masuk dalam daftar pencarian orang (DPO) dan menjadi target pencarian operasi Tinongbala yang sudah dimulai sejak 10 Januari 2016.

Operasi ini, tutur Herry, akan terus dilanjutkan hingga 60 hari ke depan untuk mencari dan menangkap teroris jaringan Santoso. Untuk pencarian jaringan Santoso disebutkan cukup sulit karena luasnya hutan dan pegunungan yang menjadi tempat persembunyian teroris Santoso.

Pewarta: Muh Hasanuddin
Editor: Unggul Tri Ratomo
Copyright © ANTARA 2016