Surakarta, Jawa Tengah (ANTARA News) - Pemerintah sedang mengkaji dan melihat kemungkinan membentuk nota kesepahaman (MoU) baru impor beras dengan mekanisme G to G dari Pakistan dan China, untuk memenuhi impor beras 500 ribu ton tahap kedua. "Ya, kita sedang `explore` ke Pakistan dan China, selain Thailand dan Vietnam. Kita harus punya banyak sumber untuk melihat perbandingan harga dan kualitasnya," kata Menteri Perdagangan, Mari E Pangestu, di Surakarta, Minggu dini hari, usai menghadiri undangan Walikota Surakarta. Ia mengatakan pihak yang berkompeten mengurusi masalah beras di Pakistan dan China sudah mengirimkan surat penawaran ke Indonesia untuk menjalin kerjasama G to G impor beras tersebut. Namun, lanjut Mendag, masih akan meminta laporan dari tim Bulog yang pergi ke Thailand untuk melakukan negosiasi rencana impor 500ribu ton tahap kedua. "Kalau Thailand bisa memenuhi jumlah beras untuk tahap kedua itu, ya tentu kita akan ambil dari Thailand," katanya. Mengenai kualitas beras dari Paskitan dan China, Mari mengatakan kemungkinan tidak ada masalah karena pemerintah tetap punya kewenangan untuk menetapkan persentase patahan (broken) dari beras yang diinginkan. "Namun kita tetap perhatikan selera konsumen Indonesia," ujarnya. OP Beras Dalam kesempatan itu, Mendag mengatakan OP beras akan tetap diintensifkan mengingat harga belum kembali pada tingkat yang normal yaitu sekitar Rp4.500 per kg. "OP ini akan terus dilakukan di semua daerah, secara maksimal saat-saat ini, sampai nanti masa panen raya yang tentunya akan menurunkan harga beras,"katanya. Menurut dia, OP telah berhasil menurunkan harga beras antara lain di Jawa Barat dan Jawa Timur. "Di Jakarta memang belum turun, tapi di Pasar Induk Beras Cipinang, haraga beras sudah turun hingga Rp4.800 per kg (untuk kualitas medium) dibandingkan harga ketika banjir melanda Jakarta yang sempat menyentuh Rp5.700 per kg. jadi sudah ada penurunan sekitar Rp450 - Rp600 per kg"jelasnya. (*)

Copyright © ANTARA 2007