Taipei, Taiwan (ANTARA News) - Presiden Taiwan, Ma Ying-jeou, akan mengunjungi pulau yang disengketakan di Laut Tiongkok Selatan pada Kamis, yang merupakan kunjungan pertamanya ke wilayah yang diklaim secara sepihak itu di tengah meningkatnya ketegangan hubungan atas isu wilayah tersebut.

Pengumuman itu datang hanya beberapa minggu setelah penjaga pantai Taiwan mengusir sebuah kapal nelayan Vietnam dekat pulau Taiping, sebuah pulau kecil di Kepulauan Spratly yang dikuasai oleh Taiwan.

Serangkaian pulau itu juga diklaim sebagian ataupun seluruhnya oleh Vietnam, Tiongkok alias China, Filipina, Malaysia, dan Brunei Darussalam.

"Pulau Taiping merupakan bagian yang melekat erat dengan wilayah Republik Tiongkok," ujar Charles Chen, juru bicara kantor kepresidenan dalam pernyataan, Rabu, menggunakan nama resmi yang diberikan oleh Taiwan.

Maksud dari kunjungan itu untuk mengunjungi personel Taiwan yang ditugaskan di pulau itu sebelum libur Hari Besar Imlek, kata Chen.

Satu-satunya presiden Taiwan yang mengunjungi pulau Taiping ialah mantan pemimpin Taiwan, Chen Shui-bian pada 2008.

Ma yang berasal dari partai berkuasa dekat dengan Tiongkok, Kuomintang memiliki waktu kurang dari empat bulan sebelum akhir jabatannya dan akan diteruskan Tsai Ing-wen dari pihak oposisi Partai Demokratis Progresif (DPP), yang memenangi pemilihan umum presidensial dengan kemenangan telak pada awal bulan ini.

Kantor kepresidenan mengundang Tsai untuk ikut serta dalam kunjungan itu, namun pihak DPP mengatakan mereka tidak memiliki rencana untuk mengirimkan perwakilan siapapun.

Taiwan telah meningkatkan pengaruhnya di Taiping yang merupakan pulau terbesar di kepulauan Spratly.

Sebagai bagian dari usaha-usaha untuk memperkuat kemampuan pertahanan, membuka sebuah mercusuar bertenaga matahari, dan memperluas landasan pesawat dan sebuah dermaga di pulau itu pada akhir tahun lalu.

Para pejabat Taiwan juga terbang ke pulau itu dalam beberapa tahun terakhir termasuk para menteri dalam negeri dan pertahanan.

Tiongkok dipandang sebagai ancaman terbesar di Laut China Selatan oleh negara-negara lain yang mengklaim wilayah Spratly itu.

Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2016